Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, “Kekayaan bukanlah banyak harta benda, akan
tetapi kekayaan adalah kekayaan hati.” (Hadis riwayat Bukhari Muslim).
Dari dalil hadist ini seharusnya kita mengerti bahwa
kekayaan yang sebenarnya bukanlah kekayaan materi, walaupun materi juga
merupakan kebutuhan pokok kita sebagai manusia. Akan tetapi selain jasad
manusia yang berupa materi, manusia juga memiliki sesuatu yang gaib yang tak
kasat mata yang dinamakan hati. Di dalam hati inilah letak kebahagiaan yang
sebenarnya, kekayaan yang berupa materi itu merupakan sebagian kecil dari
kebahagiaan yang ada di dalam hati kita. Bahkan jika kita terus menerus mencari
materi yang didapat hanyalah kekosongan yang ada dalam hati kita. Hati yang
takut kepada azab Allah, beriman, penuh rasa syukur dan cinta kepada Pemilik
dan Pemberi rizki sebenarnyalah yang akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan
dari harta yang dimilikinya, sebesar apapun harta tersebut.
“Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan
dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari
no. 6446 dan Muslim no. 1051)
Dengan hati merasa cukup dengan yang Allah takdirkan
kepadanya, selalu bersabar atas cobaan dan ujian, dapat mensyukuri dan
menikmati pemberian Allah, suka bersedekah, suka menolong yang lemah, mempunyai
pribadi akhlaq yang mulia, rajin bekerja, sehat jasmani dan rohani merupakan cirri-ciri
orang yang memiliki kekayaan hati, dan itulah kekayaan yang sebenar-benarnya,
bukan seperti kekayaan materi yang hanya akan membawa kehampaan di dalam hidup.
Semoga kita senantiasa diberi hidayah oleh-Nya agar mempunyai kekayaan hati
agar hidup kita berkah dunia dan di akhirat. Amin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar