Kamis, 26 Juni 2014

Muhammadiyah



Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang didirikan pada tanggal 18 November 1912, dan diresmikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 20 Desember 1912. Awal pembentukan organisasi Muhammadiyah ini dilatarbelakangi oleh perlunya organisasi yang mengelola Madrasah yang sebelumnya didirikan oleh Ahmad Dahlan. Selain sebagai pengelola Madrasah, Muhammadiyah didirikan guna menyebarkan syiar Islam di Jawa dan Madura. Selain itu muhammadiyah juga bertujuan ingin memajukan ilmu agama para pengikutnya. Pada saat pertama kali pembentukan terdapat 9 pengurus inti diantaranya adalah : Ahmad Dahlan sebagai ketua, Abdullah Sirat sebagai sekretaris, Ahmad, Abdul Rahman, Sarkawi, Muhammad, Jaelani, Akis, dan Mohammad Fakih sebagai anggota.
Pada waktu itu masyarakat telah melakukan banyak penyimpangan terhadap ajaran agama. Hal ini terjadi karena sistem budaya yang belum bisa ditinggalkan oleh masyarakat juga kurang mengertinya masyarakat akan ajaran Islam itu sendiri. Masyarakat pada waktu itu masih sering melakukan ritual syirik, bid’ah, khufarat, taqlid. Kata muhammadiyah sendiri diambil dari kata Nabi Muhammad SAW, hal ini bertujuan agar setiap anggota Muhammadiyah berperilaku dan berakhlak seperti Nabi Muhammad SAW. Berbagai penyimpangan terhadap ajaran agama islam yang dilakukan oleh masyarakat Status mantan anggota dari organisasi Budi Utomo membuat Ahmad Dahlan dengan mudah mendapatkan dukungan formal dari anggota Budi Utomo. Dan tentu saja hal ini akan mempermudah disetujuinya pembentukan organisasi Muhammadiyah secara resmi oleh Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu.
Hingga kini Muhammadiyah merupakan aliran Islam terbesar kedua di Indonesia setelah NU. Selama lebih dari 100 tahun Muhammadiyah telah memberikan sumbangsih yang besar terhadap bangsa Indonesia. Muhammadiyah dalam perjuangan mengisi kemerdekaan serta menjaga marwah dan kedaulatan bangsa ini dengan tetap konsisten pada garis perjuangan sebagai gerakan pembaruan dan amar maruf nahi munkar. Selain itu muhammadiyah juga aktif dalam membangun kekuatan pendidikan bagi bangsa. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa latar belakang berdirinya muhammadiyah adalah sebagai pengelola madrasah. Jadi jelas sekali bahwa muhammadiyah amat dekat dengan pendidikan. Seperti yang telah kita ketahui selama ini bahwa banyak sekali sekolah yang menggunakan nama muhammadiyah, mulai dari TK sampai Universitas telah banyak tersebar hampir ke seluruh Kota di Indonesia.
Muhammadiyah sendiri memiliki matan dan cita-cita yang ditetapkan di Ponorogo tahun 1969 oleh Tanwir Muhammadiyah. Lalu disempurnakan isi dan peristilahannya oleh Tanwir muhammadiyah pada tahun 1970. Berikut adalah matan dan cita-cita Muhammadiyah.
Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
1.  Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT, untuk malaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.

2. Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan ukhrawi.

3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:

a. Al-Qur'an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW;

b. Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur'an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.

4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang:

a. 'Aqidah

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.

b. Akhlak

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Sunnah rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia

c. Ibadah

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.

d. Muamalah Duniawiyah

Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu'amalat duniawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadi semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.


5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT:
"BALDATUN THAYYIBATUB WA ROBBUN GHOFUR"
Itulah seklumit keterangan tentang Muhammadiyah, yang merupakan aliran Islam terbesar kedua di Indonesia setelah Nu. Dimana cabangnya telah menyebar  ke seluruh wilayah di Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri seperti Malaysia, Thaiand, Brunei, Filipina, Singapura.

Minggu, 15 Juni 2014

Sarekat Islam





Pada mulanya organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam,yaitu perkumpulan para pedagang Islam yang dibentuk oleh haji Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905 di Surakarta. Sarekat Dagang Islam dibentuk untuk mencegah para pedagang asing untuk berdagang dan menguasai perdagangan di Indonesia, khususnya pedagang dari tionghoa yang telah lebih maju dandiberi kedudukan yang tinggi oleh Pemerintahan Hindia Belanda. Organisasi ini berkembang pesat, dan menyebabkan para tokoh mendirikan Sarikat Dagang Indonesia di berbagai daerah. Diantaranya adalah R.M. Tirtoadisurjo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia.
Pada tahun 1912 HOS Cokroaminoto menggagas untuk mengubah SDI menjadi sebuah pergerakan yang bernama Sarikat Islam. HOS Cokroaminoto memperluas yudiriksi yang ada di tubuh SDI, diantaranya adalah yang dulunya SDI hanya mempermasalahi tentang ekonomi dan sosial, tapi sekarang juga kearah politik dan Agama guna menyumbangkan semangat perjuangan islam dalam semangat juang rakyat terhadap kolonialisme dan imperialisme di masa itu. Maka HOS Cokroaminoto mengubah nama Sarikat Dagang Islam menjadi Sarikat Islam.
Sarikat Islam sendiri memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah :
1.         Mengembangkan jiwa dagang.
2.         Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha.
3.         Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat.
4.         Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam.
5.         Hidup menurut perintah agama.
SI tidak membatasi anggotanya hanya pada masyarakat Jawa dan Madura, tapi SI terbuka untuk semua masyarakat muslim. SI berkembang sangat pesat, disamping itu SI juga  bergerak  pada bidang politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Pada bulan maret 1916 SI pusat diberi pengakuan sebagai badan hukum oleh Pemerintah Belanda. Baru pada tahun 1917 setelah Pemerintah mengijinkan berdirinya partai politik, maka SI berubah menjadi partai politik.
Namun pada akhirnya SI terpecah menjadi dua bagian, hal ini disebabkan masuknya paham komunisme dan sosialisme revolusioner di tubuh SI. Paham ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet, dia berhasil masuk ke tubuh SI dengan alasan persamaan tujuan yaitu membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme tapi dengan cara yang berbeda. Bagian yang pertama yaitu "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan bagian yang kedua yaitu "SI Merah" yang dipimpin Semaoen. “SI putih” berpusat diYogyakarta yang masih menganut paham Islam, sedangkan “SI Merah” berpusat di Semarang menganut paham komunisme.
Jarak antara “SI putih” dan “SI merah” semakin melebar saat Partai Komunis Internasional membuat ultimatum untuk menentang cita-cita Pan-Islamisme. Namun pada Kongres SI yang ke-6 Abdul Muis dan Agus Salim mendesak SI untuk melakukan disiplin partai. Artinya SI melarang para anggotanya untuk tetap bersama SI atau bersama dengan organisasi lain atau melarang adanya keanggotaan ganda. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan adanya unsur komunisme di tubuh SI. Walaupun sebelumnya ditentang oleh para anggota PKI, tapi akhirnya keputusan ini disyahkan karena mendapat mayoritas suara. Dan akhirnya anggota-anggota PSI dari Muhammadiyah dan Persis dikeluarkan.
Pada Kongres SI bulan Februari 1923 di Madiun Tjokroaminoto memusatkan tentang peningkatan pendidikan kader SI dalam memperkuat organisasi dan pengubahan nama CSI menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Namun pada kongres PKI bulan Maret 1923, PKI memutuskan untuk menggerakkan SI Merah untuk menandingi SI Putih. Lalu pada tahun 1924, SI Merah berganti nama menjadi "Sarekat Rakyat".
Pada kongres PSI tahun 1929 PSI bertujuan untuk berjuang demi kemerdekaan nasional, sehingga menambah nama Indonesia, sehingga berubah menjadi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII). Lalu pada tahun itu juga PSII bergabung dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Karena perbedaan cara pandang dari para anggota partai, maka PSII terpecah menjadi Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman, PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII sendiri.

Jumat, 13 Juni 2014

Al Irsyad





Al Irsyad berdiri pada tanggal 6 September 1914 (15 Syawwal 1332 H) di Jakarta sedangkan hukumnya baru dikeluarkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada 11 Agustus 1915. Dimana tokoh utama pendiri Al-Irsyad adalah Al-'Alamah Syeikh Ahmad Bin Muhammad Assoorkaty Al-Anshary. Beliau adalah seorang ulama besar Mekkah yang berasal dari Sudan.
Pada mulanya Al-'Alamah Syeikh Ahmad Bin Muhammad Assoorkaty Al-Anshary datang ke Indonesia atas permintaan para tokoh jami’at khair. Beliau datang ke Indonesia bersama dua orang kawannya yaitu : Syeikh Muhammad Tayyib al-Maghribi dan Syeikh Muhammad bin Abdulhamid al-Sudani. Dalam perannya di Indonesia beliau dipilih sebagai penilik bagi sekolah-sekolah yang didirikan oleh jami’at khair. Berkat kepemimpinannya sekolah-sekolah tersebut maju pesat dalam kurun waktu 1 tahun.
Namun di tahun ketiga terjadi perbedaan pendapat dengan para tokoh jami’at khair yang mayoritas adalah keturunan arab sayyid (keturunan Nabi Muhammad). Beliau melahirkan fatwa tentang persamaan derajat  dalam agama Islam, akan tetapi fatwa beliau ini tidak bisa diterima oleh para tokoh jami’at khair yang mayoritas adalah arab sayyid (keturunan Nabi Muhammad). Karena merasa sudah tidak cocok lagi Syekh Ahmad memutuskan untuk mengundurkan diri dari jami’atul khair. Setelah mengundurkan diri lalu Syekh Ahmad bersama beberapa sahabatnya membetuk sebuah aliran sendiri yang diberi nama Jam'iyat al-Islah wal-Irsyad Al-Islamiyyah dan mendirikan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Sepanjang perjalanan sejarahnya al-irsyad berganti-ganti nama,sampai yang terakhir pada tahun 2007 adalah al-irsyad (jam’iyat al-irsyad).
Al-Irsyad merupakan perhimpunan Islamiyah yang memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa pendidikan, pengajaran, serta social dan dakwah yang bertingkat nasional.
Perhimpunan Al-Irsyad memiliki empat organisasi yang aktif dan berguna bagi bangsa Indonesia, diantaranya adalah :
  • Wanita Al-Irsyad
  • Pemuda Al-Irsyad
  • Puteri Al-Irsyad
  • Pelajar Al-Irsyad.
Al-Irsyad Al-Islamiyyah juga memiliki beberapa majelis dan lembaga, diantaranya adalah :
  • Majelis Pendidikan & Pengajaran
  • Majelis Dakwah & Fatwa
  • Majelis Sosial dan Ekonomi
  • Majelis Wakaf dan Yayasan
  • Majelis Hubungan Luar Negeri.
  • Organisasi Pengkaderan
  • Lembaga Istisyariyah, yang beranggotakan tokoh-tokoh senior Al-Irsyad dan kalangan ahli.