Senin, 28 Juli 2014

Aliran Khawarij



Secara bahasa arti dari kata Khawarij adalah orang yang keluar. Aliran ini muncul pada saat Pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, mereka memisahkan diri dari pasukan Ali bin Abi Thalib karena mereka tidak mau berdamai dengan Muawiyah pada saat perang Siffin. Mereka menganggap orang-orang yang menyetujui perdamaian antara pihak Khalifah Ali dengan pihak Mu'awiyah adalah orang kafir yang halal darahnya. Mereka beranggapan bahwa Mu'awiyah telah kafir karena mempermainkan kitabullah, dan pihak Khalifah Ali berdosa besar karena telah meragukan kebenaran yang diperjuangkan. Akhirnya pecahlah perang antara pihak Khawarij dan pihak Khalifah Ali yang dikenal dengan perang Nahwaran yang dimenangkan oleh pihak Khalifah Ali.

Aliran Mu'awiyah pun terpecah menjadi menjadi beberapa Aliran, diantaranya adalah Al-Azariqoh, An-Najdah, Al-'Ajaridah, Ash-Shufriyyah, dan Al-Ibadiyyah. Aliran terakhir ini yang paling moderat diantara aliran Khawarij dan masih terdapat di Zanzibar, Afrika Utara, Umman dan Arabia Selatan.

Aliran Khawarij ini mempunyai beberapa pendapat, diantaranya adalah
- Pelaku dosa besar adalah kafir
- Imam bisa dari suku apa saja yang terpenting adalah dia sanggup menjalankannya dengan baik.
- Keluar dari Imam adalah wajib, jika Imam sudah tak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
- Orang yang tidak sepaham dengan mereka boleh ditahan, ditawan, dijadikan budak atau dibunuh, walaupun anak dan istri sendiri.
- Anak-anak orang kafir berada di neraka.
- tidak mengakui adanya hukum rajam karena tidak ada di dalam Al-Qur'an.
- Surat Yusuf bukan termasuk Al-qur'an karena mengandung cerita cinta.

Selasa, 08 Juli 2014

Persatuan Muslimin Tapanuli (PMT)




Adalah organisasi Islam yang ada di Tapanuli, dimana organisasi ini memiliki visi dan misi yang sama dengan Thawalib di Sumatra Barat. dan memiliki kegiatan yang sama dengan PERTI di daerah Tapanuli. orang yang mendirikan Organisasi ini adalah Syech Mustofa Husein Purbabaru pada tahun 1930. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI maka organisasi ini bergabung dengan NU (Nahdlatul Ulama).

PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah)



Adalah sebuah organisasi Islam yang didirikan di Sumatra Barat pada tanggal 20 Mei 1930. Organisasi ini berasal dari Ulama Ahlussunnah wal jamaah dan menganut madzab syafi'i. Dalam usahanya menyebarkan agama Islam  PERTI melakukan berbagai kegiatan, diantaranya adalah mendirikan Madrasah, menerbitkan majalah SUARTI ( Suara Tarbiyatul Islamiyah ), menerbitkan bulletin Al Mizan.

Setelah kemerdekaan PERTI berubah menjadi partai politik, dan dalam pemilu 1955 PERTI mendapatkan 4 kursi DPR-RI dan 7 kursi di Konstituante. Saat Konstituante dan DPR hasil pemilu dibubarkan oleh Presiden Soekarno, PERTI mendapatkan dua kursi di DPR-GR. Presiden Soekarno juga pernah mempercayai tokoh PERTI untuk menjabat sebagai Menteri di Kabinetnya, kedua tokoh tersebut adalah Sirajuddin Abbas pada Menteri Keselamatan Negara RI dan Rusli Abdul Wahid pada Menteri Negara Urusan Umum dan Irian Barat.

Sampai sekarang PERTI masih aktif dalam dunia politik, diantarannya adalah membantu Pemerintah dalam sumbangan pemikiran dan memberikan kritik dan saran kepada Pemerintah guna kemaslahatan umat Islam dan masyarakat umum.

Minggu, 06 Juli 2014

Sumatra Thawalib




Sumatra Thawalib merupakan organisasi Islam yang berasal dari Sumatra, arti thawalib sendiri adalah pelajar. Pada tanggal 15 januari 1919 oraganisasi ini didirikan, yang merupakan gabungan dari pelajar Sumatra thawalib dan pelajar parabek, organisasi ini lalu diberi nama “Sumatra Thawalib”. Sumatra thawalib merupakan sekolah Islam modern pertama di Indonesia pada waktu itu. Tujuan pembentukan organisasi ini adalah untuk menyebarluaskan agama Islam dan memperdalam ilmu agama Islam.
Sebelum menjadi organisasi Islam, Sumatra Thawalib merupakan sebuah koperasi yang dibangun oleh Haji Habib salah seorang anggota surau jembatan besi. Waktu pertama kali didirikan tahun 1915 koperasi tersebut bernama “Koperasi Pelajar Jembatan Besi”.  Lalu pada tahun 1918 atas inisiatif Zainuddin Labai Al-Yunusi, Jalaluddin Thaib dan Inyiak Mandua Basa nama Koperasi Pelajar Jembatan Besi” diganti dengan “Sumatra Thawalib”. Surau jembatan besi memperluas ruang lingkup kegiatannya dan memajukan system pendidikannya dengan memperkenalkan sistem kelas pada Sumatra Thawalib. Dan sejak saat itu sistem pendidikan surau jembatan besi berubah menjadi sistem sekolah Sumatra Thawalib. Lalu Haji Rasul menyusun kembali kurikulum dan mengubah metode pengajaran serta memasukkan mata pelajaran umum.
Lambat laun sekolah Sumatra Thawalib semakin tersebar di seluruh Sumatra Barat, sehingga hal ini mendorong terbentuknya organisasi politik yang dapat mempersatukan seluruh pelajar Sumatra Thawalib. Maka pada tanggal 22 Januari 1922 diadakan pertemuan antar wakil seluruh pelajar Sumatra Thawalib. Dari pertemuan tersebut dihasilkan pembentukan persatuan pelajar Sumatra Thawalib di bawah satu dewan pusat dengan cabang-cabangnya tersebar di seluruh daerah. Pusat kegiatannya berada di Padang Panjang.
Para pengajar di sekolah Sumatra Thawalib adalah orang-orang terbuka yang menyukai pembaharuan, tidak fanatik dan berpandangan luas. Melalui pendidikan mereka akan merubah kehidupan dengan cepat dan tepat. Sekolah ini terdiri dari tujuh kelas, kelas 1 dan 2 diberikan dua mata pelajaran, kelas 3 diberikan 6 mapel, dan mulai kelas 4 diberikan semua mapel.
Di tubuh Sumatra Thawalib juga sempat terpengaruhi oleh paham komunisme yang di bawa oleh Djamaluddin Tamin dan Datuk Bartuah yang sempat mempengaruhi murid Sumatra Thawalib. Namun para pengajar dan guru besar menentang habis-habisan paham tersebut. Lalu para pengajar Sumatra Thawalib membentuk sebuah organisasi untuk menampung Sekolah Islam tradisional di Sumatra Barat. Organisasi tersebut bernama Persatuan Tarbiyah Islamiyah.
Akan tetapi pada tahun 1930 akhirnya Sekolah Sumatra Thawalib ditutup oleh Pemerintah Hindia Belanda karena para pelajar Sumatra Thawalib mulai ikut terjun dalam dunia politik dan melakukan kegiatan-kegiatan politik.