Nabi Ibrahim adalah seorang Nabi
yang termasuk dalam golongan Ulul Azmi, yaitu para Nabi dan Rasul yang
dilebihkan oleh Allah karena memiliki kelebihan dan tabah dalam menghadapi
cobaan. Beliau dilahirkan di Faddam A'ram yang masih dalam kekuasaan Kerajaan
Babylon yang masih di daerah kekuasaan kerajaan Babylon.
Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar
{Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin
Arfakhsyad bin Saam bin Nuh a.s. dimana ayah Nabi Ibrahim adalah seorang
pembuat patung-patung berhala. Walaupun ayahnya adalah pembuat patung akan
tetapi hal ini tidak membuat Nabi Ibrahim menyukai patung-patung berhala
tersebut, bahkan sebaliknya beliau malah membenci patung-patung tersebut. Sejak
kecil Allah telah membimbing Nabi Ibrahim, akal dan nurani Nabi Ibrahim masih
jernih dan sehat, sehingga beliau tak mau menyembah patung-patung yang tak
dapat bergerak ataupun berbicara tersebut, itulah bimbingan ketauhidan yang
diilhamkan Allah kepada Nabi Ibrahim.
Beliau adalah seorang penyantun dan
suka kembali kepada Allah, Allah SWT telah menyifatinya seperti yang tertera di
dalam Alquran, "Sesungguhnya
Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali
kepada Allah." (QS. Hud: 75). Beliau
adalah seorang yang lembut hatinya lagi penyayang, hal ini terlihat pada saat
bagaimana beliau menyadarkan kaumnya yang ketika itu menyembah bulan, bintang
dan matahari. Beliau dengan sangat halus menyadarkan kaumnya kalau perbuatan
menyembah selain Allah adalah salah dengan praktrek langsung, seperti yang
dijelaskan di dalam Alquran, “Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada
Ibrahim tanda- tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan
Kami (memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin.
Ketika malam menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:
'Inilah Tuhanku,' tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata: 'Saya
tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian tatkala dia melihat sebuah bulan
terbit dia berkata: 'Inilah Tuhanku.' Tetapi setelah bulan itu terbenam dia
berkata: 'Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah
aku termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian tatkala dia melihat matahari
terbit, dia berkata: 'Inilah Tuhanku. Inilah yang lebih besar.' Maka tatkala
matahari itu terbenam, dia berkata: 'Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri
dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada
Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang
benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan.'" (QS. al-An'am: 75-79). Begitulah
bagaimana Nabi Ibrahim menunjukkan kepada kaumnya tentang ketidakbenaran dalam menyembah
selain Allah.
Kerajaan Babylon merupakan kerajaan
yang makmur dan sejahtera, semua serba kecukupan. Tetapi hal ini tidak membuat
penduduk negeri ini bersyukur kepada Allah Tuhan YME, mereka malah beribadah
kepada patung-patung berhala yang terbuat dari kayu batu dan tanah yang mereka
anggap mempunyai kekuatan magis yang bisa mendatangkan manfaat maupun mudharat
kepada mereka. Terkecuali Nabi Ibrahim, karena bimbingan dari Rabb-nya membuat
akal dan nurani beliau tidak tercemari oleh ajaran-ajaran sesat orang-orang
pada saat itu.
Nabi Ibrahim selalu menyeru kepada
kaumnya maupun ayahnya sendiri tentang keesaan Allah, dan Allah tidak boleh
disekutukan dengan sesuatu apapun. Berikut perbincangan Nabi Ibrahim yang
ketika itu masih berusia 7 tahun. Ibrahim bertanya: "Patung apakah ini wahai ayahku?
Kedua telinganya besar, lebih besar dari telinga kita." Ayahnya menjawab:
"Itu adalah Mardukh, tuhan para tuhan wahai anakku, dan kedua telinga yang
besar itu sebagai simbol dari kecerdasan yang luar biasa." Ibrahim tampak
tertawa dalam dirinya padahal saat itu beliau baru menginjak usia tujuh tahun.
Suatu hari, Ibrahim bertanya kepada
ayahnya: "Siapa yang menciptakan manusia wahai ayahku?" Si ayah
menjawab: "Manusia, kerana akulah yang membuatmu dan ayahku yang membuat
aku." Ibrahim justru menjawab: "Tidak demikian wahai ayahku, kerana
aku pernah mendengar seseorang yang sudah tua yang berkata: "Wahai Tuhanku
mengapa Engkau tidak memberi aku anak."
Si ayah berkata: "Benar wahai
anakku, Allah yang membantu manusia untuk membuat manusia namun Dia tidak
meletakkan tangan-Nya di dalamnya. Oleh kerana itu, manusia harus menunjukkan
kerendahan di hadapan Tuhannya dan memberikan korban untuk-Nya." Kemudian
Ibrahim bertanya lagi: "Berapa banyak tuhan-tuhan itu wahai ayahku?" Si
ayah menjawab: "Tidak ada jumlahnya wahai anakku." Ibrahim berkata:
"Apa yang aku lakukan wahai ayahku jika aku mengabdi pada satu tuhan lalu
tuhan yang lain membenciku kerana aku tidak mengabdi pada-Nya? Bagaimana
terjadi persaingan dan pertentangan di antara tuhan? Bagaimana seandainya tuhan
yang membenciku itu membunuh tuhanku? Boleh jadi ia membunuhku juga."
Si ayah menjawab dengan tertawa:
"Kamu tidak perlu takut wahai anakku, kerana tidak ada permusuhan di
antara sesama tuhan. Di dalam tempat penyembahan yang besar terdapat ribuan
tuhan dan sampai sekarang telah berlangsung tujuh puluh tahun. Meskipun
demikian, belum pernah kita mendengar satu tuhan memukul tuhan yang lain."
Ibrahim berkata: "Kalau begitu terdapat suasana harmonis dan kedamaian di
antara mereka."Si ayah menjawab: "Benar."
Ibrahim bertanya lagi: "Dari
apa tuhan-tuhan itu diciptakan? Orang tua itu menjawab: "Ini dari
kayu-kayu pelepah kurma, itu dari zaitun, dan berhala kecil itu dari gading.
Lihatlah alangkah indahnya. Hanya saja, ia tidak memiliki nafas." Ibrahim
berkata: "Jika para tuhan tidak memiliki nafas, maka bagaimana mereka
dapat memberikan nafas? Bila mereka tidak memiliki kehidupan bagaimana mereka
memberikan kehidupan? Wahai ayahku, pasti mereka bukan Allah." Mendengar ucapan
Ibrahim itu, sang ayah menjadi berang dan marah sambil berkata:
"Seandainya engkau sudah dewasa nescaya aku pukul dengan kapak ini."
Ibrahim berkata: "Wahai ayahku,
jika para tuhan membantu dalam penciptaan manusia, maka bagaimana mungkin
manusia menciptakan tuhan? Jika para tuhan diciptakan dari kayu, maka membakar
kayu merupakan kesalahan besar, tetapi katakanlah wahai ayahku, bagaimana
engkau menciptakan tuhan-tuhan dan membuat baginya tuhan yang cukup baik, namun
bagaimana tuhan-tuhan membantumu untuk membuat anak-anak yang cukup banyak
sehingga engkau menjadi orang yang paling kuat di dunia?"
Akhirnya perbincangan keduanya
berakhir dengan penamparan ayah Nabi Ibrahim kepada Nabi Ibrahim. Sejak kecil
Nabi Ibrahim merasa heran dengan apa yang dilakukan manusia di sekitarnya.
Sejak kecil beliau telah diilhamkan oleh Allah tentang ketauhidan, sejak kecil
beliau sudah mencari cinta Allah SWT. Takkan ada yang bisa memuaskan hati Nabi
Ibrahim kecuali cinta Allah kepadanya, Allah telah mengilhamkannya kepada Nabi
Ibrahim. Sejak kecil beliau terus senantiasa mencari
kebenaran, pada saat disuruh menjajakan patung-patung berhala ayahnya, beliau
malah mengejek kepada para pembeli patung tersebut, beliau berkata, “siapakah yang mau membeli patung-patung
jelek ini ?”. Ibrahim memperhatikan bahawa patung-patung tersebut tidak
makan dan minum dan tidak mampu berbicara, bahkan seandainya ada seseorang yang
membaliknya ia tidak mampu bangkit dan berdiri sebagaimana asalnya.
Kaum
Nabi Ibrahim mempunyai tempat penyembahan berhala yang sangat besar dan terdiri
dari berbagai jenis berhala terbuat dari kayu ataupun batu. Pada saat memasuki
tempat penyembahan berhala beliau melihat orang-orang begitu menghormati dan
menundukkan diri di hadapan patung-patung berhala. Mula-mula hal ini membuat
Nabi Ibrahim tertawa, akan tetapi kelamaan Nabi Ibrahim marah melihatnya.
Beliau tak habis pikir tentang apa yang dilakukan oleh orang-orang, mengapa
orang-orang membuat patung lalu menyembahnya sendiri. Pada saat sang dukun
mengatakan kehebatan dan kelebihan berhala yang paling besar dan suasana sedang
hikmat, tiba-tiba Nabi Ibrahim mengatakan kepada sang dukun, "Hai tukang dukun, ia tidak akan
pernah mendengarmu. Apakah engkau meyakini bahawa ia mendengar?" semua
orang kaget dengan pernyataan itu, sang dukunpun mulai risau dan marah.
Akhirnya suasana kembali tenang setelah ayah Nabi Ibrahim mengatakan kepada
sang dukun bahwa anaknya sedang sakit dan tidak mengetahui apa yang dia
katakan.
Nabi
Ibrahim selalu ingin meyakinkan kaumnya, jika perbuatan kaumnya menyembah Allah
adalah kebodohan dan kesesatan yang nyata. Beliau ingin meyakinkan kaumnya jika
segala sesuatu Allah yang menciptakan dan berhala-berhala itu hanyalah benda
mati yang tak bisa bergerak maupun berbicara. Akan tetapi penentangan
kaumnyapun juga semakin keras, bahkan ayah Nabi Ibrahim sendiri juga seorang
yang menyekutukan Allah. "Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata
kepada bapaknya Azar: 'Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai
tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang
nyata.’” (QS. al-An'am: 74)
Nabi Ibrahim terus berdakwah kepada kaumnya, "Patung-patung apakah ini yang
kamu tekun beribadah kepadanya? Mereka menjawab: 'Kami mendapati bapak-bapak
Kami menyembahnya." Ibrahim berkata: 'Sesungguhnya kamu dan bapak- bapakmu
berada dalam kesesatan yang nyata.' Mereka menjawab: 'Apakah kamu datang kepada
kami sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang yang bermain-main?' Ibrahim
berkata: 'Sebenarnya tuhan kamu adalah Tuhan langit dan bumi yang telah
menciptakan- Nya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas
yang demikian itu.'" (QS. al-Anbiya': 52-56)
Nabi Ibrahim terus berdakwah dan beliau dengan
cerdas memberikan hujjah kepada kaumnya yang tak bisa dibantah oleh kaumnya. "Dan dia dibantah oleh kaumnya.
Dia berkata: "Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal
sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada
(malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah,
kecuali jika Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan
Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil
pelajaran (daripadanya) ? Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang
kamu persekutukan (dengan Allah) padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah
dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujah kepadamu
untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih
berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui)?'" (QS.
al-An'am: 80-81)
Penentangan dari ayah Nabi
Ibrahim, ayah Nabi Ibrahim berkata, "Sungguh besar ujianku kepadamu
wahai Ibrahim. Engkau telah berkhianat kepadaku dan bersikap tidak terpuji
kepadaku." Ibrahim menjawab: "Wahai bapakku, mengapa kamu
menyembah sesuatu yang tidak dapat mendengar, tidak melihat dan tidak dapat
menolong kamu sedikit pun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku
sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku,
nescaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku,
janganlah kamu menyembah syaitan, sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan
Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahawa kamu akan
ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi
syaitan.'" (QS. Maryam: 42-45)
Semakin meledak amarah ayah Nabi Ibrahim, melihat
penentangan anaknya, walaupun anaknya dalam kebenaran. Sungguh setan telah
merasuki ayah Nabi Ibrahim. "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai
Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka nescaya kamu akan aku rejam, dan
tinggalanlah aku buat waktu yang lama." (QS. Maryam: 46)
Akhirnya
Nabi Ibrahim diusir oleh ayahnya, walaupun mendapat pengusiran dan makian Nabi
Ibrahim tidak lantas membenci dan membalas ayahnya dengan keburukan. Karena
beliau berhati lembut, selain itu beliau telah diberi ilmu Allah tentang
kebenaran, sehingga tidak akan goyah pendirian Nabi Ibrahim tentang
kebenaran. Beliau berdoa untuk ayahnya, "Semoga
keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku,
sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan
dari apa yang kamu sembah selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku,
mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.'" (QS.
Maryam: 47-48)
Kemudian beliau meninggalkan
kaumnya, rasa cintanya yang besar kepada Allah mengalahkan rasa cintanya kepada
apapun. Beliau telah merasakan bagaimana mencintai dan dicintai oleh Allah,
inilah cinta sejati yang sebenarnya, yaitu cinta kepada Allah SWT. Pada suatu
hari ada perayaan besar, yaitu manusia berbondong menuju ke sungai dan kota pun
menjadi sepi dan berhala-berhala di tempat peribadatan tak ada yang menjaga. Di
saat seperti inilah Nabi Ibrahim mencuri kesempatan untuk berdakwah kepada
kaumnya. Mula-mula Nabi Ibrahim memasuki ruang penyembahan lalu beliau
menghancurkan berhala-berhala dengan kapak beliau kecuali berhala yang paling besar.
Sebelum menghancurkan patung-patung berhala tersebut Nabi Ibrahim sempat
mengejek kepada patung-patung tersebut dengan kata-kata hai patung mengapa
kalian tidak makan, mengapa kalian tidak menjawab. Kemudian beliau menaruh
kapaknya di leher berhala yang tak ikut dihancurkan tersebut.
Pesta di sungai pun berakhir, dan
para penduduk kota berbondong-bondong pulang ke kota, sampai di kota mereka
hendak beribadah ke tempat penyembahan berhala. Betapa kagetnya mereka
mendapati berhala-berhala mereka hancur berantakan. Sang raja pun marah dan
meminta anak buahnya untuk mencari siapa pelaku penghancuran berhala tersebut. Lalu
salah seorang mengatakan kalau ada seorang pemuda yang sangat membenci
berhala-berhala tersebut, dan diketahui nama pemuda tersebut adalah Ibrahim.
Lalu dipanggillah Nabi Ibrahim menghadap raja.
Sang raja menanyai kepada Nabi
Ibrahim benarkah engkau yang menghancurkan berhala-berhala tersebut ? kemudian
Nabi Ibrahim menjawab, sebenarnya berhala yang besar itulah pelakunya, coba
tanyakanlah padanya jika dia dapat berbicara. Nabi Ibrahim mencoba menyadarkan
kaumnya bahwa berhala-berhala yang selama ini mereka sembah itu hanyalah patung
yang tidak dapat berbicara, dan yang patut disembah hanyalah Allah SWT.
Mereka berkata, siapakah yang harus
kita Tanya ? Nabi Ibrahim menjawab, tanyalah kepada berhala yang paling besar
tersebut, bukankah kapak tersebut berada di lehernya. Lalu mereka kembali
bertanya, bukankah kamu mengetahui kalau tuhan-tuhan itu tidak berbicara. Lalu
Nabi Ibrahim menjawab, mengapa kalian menyembah sesuatu yang tidak dapat
berbicara, bahkan dia tak mampu melindungi dirinya sendiri. dia juga tak mampu
memberikan manfaat bagi kalian sedikitpun. Amat celakalah kalian jika kalian
menyembah selain Allah SWT Tuhan sekalian alam. Kaum Nabi Ibrahim tak mampu
lagi membantah logika kebenaran yang disampaikan oleh Nabi Ibrahim, tiba-tiba
ada salah satu dari mereka yang mengusulkan untuk membakar saja Nabi Ibrahim.
Niat
baik dari Nabi Ibrahim untuk menyadarkan kaumnya malah dibalas dengan hukuman
bakar hidup-hidup oleh kaumnya. Sungguh kaum Nabi Ibrahim telah berbuat
semena-mena dan mereka berada dalam kesesatan yang jauh. Akhirnya hukuman itu
benar-benar dijalankan, dibuatnya lubang galian oleh anak buah raja Namrud dan
di dalamnya diisikan kayu bakar. Lalu api dinyalakan dan Nabi Ibrahim
dilemparkan dengan menggunakan menjaniq, sebelum dilemparkan kedalam api tiba-tiba
malaikat Jibril muncul dihadapan Nabi Ibrahim dan hendak menolong Nabi Ibrahim,
malaikat Jibril berkata kepada Nabi Ibrahim, “wahai Ibrahim, tidakkah engkau
memiliki keperluan”. Tapi Nabi Ibrahim menolaknya, beliau menjawab, “aku tidak
memerlukan sesuatu darimu”. Akhirnya Nabi Ibrahim dilemparkan kedalam lubang
api tersebut, dan pada saat inilah muzizat Allah turun, kepada api tersebut
Allah berfirman, Wahai
api jadilah engkau dingin dan membawa keselamatan kepada Ibrahim. Akhirnya
walaupun berada dalam lubang api tersebut Nabi Ibrahim tetap tidak terbakar.
Setelah api menjadi padam dan kayu bakar telah habis orang-orang terheran-heran
karena tak sedikitpun api tersebut melukai Nabi Ibrahim. Sungguh sesuatu yang
sangat mengagumkan, itulah muzizat Allah yang diberikan kepada Nabi Ibrahim
yaitu tak mempan di bakar api. Beliau duduk tenang di tengah api seakan beliau
sedang duduk di tengah taman. Hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur’an, "Mereka
hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu
orang-orang yang paling rugi." (QS. al-Anbiya': 70)
Suatu hari Nabi Ibrahim mendengar
seseorang memanggilnya, maka beliau bertanya, siapa yang memanggilku ? lalu dia
menjawab, aku adalah malaikat Jibril. Maka Nabi Ibrahim menjadi takut, tapi
Malaikat Jibril menenangkan beliau dengan berkata, jangan takut karena
sesungguhnya engkau adalah kekasih Allah, engkau telah menghancurkan
Tuhan-tuhan orang-orang kafir maka Allah telah memilihmu menjadi pemimpin para
Nabi dan Malaikat. Kemudian Nabi Ibrahim kembali bertanya, bagaimana saya bisa
bertemu dengan Tuhannya para malaikat dan para Nabi, dan malaikat Jibril
menjawab, hendaklah engkau pergi ke sumber ini dan mandi maka engkau akan bisa
mendaki gunung sehingga Allah dapat berbicara dengannya.
Lalu Nabi Ibrahim mendaki gunung
dan beliau diseru, lalu beliau bertanya, siapa yang menyeruku, kemudian suara itu
menjawab, Aku adalah Tuhanmu wahai Ibrahim, maka Nabi Ibrahim gemetar ketakutan
lalu beliau bersujud dan berkata, wahai Tuhanku bagaimana hamba-Mu mendengar
seruan-Mu sedangkan hamba adalah tanah dan abu. Disana beliau diangkat sebagai
Nabi dan memberkatinya dan orang-orang yang mengikutinya.
Nabi Ibrahim selalu mencurahkan
seluruh hidupnya untuk dakwah kepada umatnya, beliau selalu mengajak manusia
untuk menyembah Allah SWT. Akan tetapi dari umat Nabi Ibrahim yang beriman
hanya dua orang, yaitu Luth dan Sarah. Dimana Luth kemudian juga menjadi Nabi,
sedangkan Sarah menjadi istri Nabi Ibrahim.
Setelah dirasa tidak ada lagi dari
umat Nabi Ibrahim yang beriman kecuali dua orang tersebut, maka Nabi Ibrahim
memutuskan untuk berhijrah. Sebelum berhijrah beliau mengajak ayahnya untuk
memeluk Islam, akan tetapi setelah jelas bagi Nabi Ibrahim bahwa ayahnya adalah
musuh Allah dan tak akan beriman maka Nabi Ibrahim mengiklaskannya dan menerima
takdir Allah tersebut. Hal ini dikisahkan dalam Al-quran, "Dan
permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain
hanyalah kerana suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka
tatkala jelas bagi Ibrahim bahawa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim
berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut
hatinya lagi penyantun. " (QS. at-Taubah: 114)
Dari kisah ini kita dapat mengambil
kesimpulan, jika keimanan seseorang itu tidak tergantung oleh adanya factor
keturunan ataupun yang lain. Akan tetapi setiap masing-masing kita memiliki
pilihan yang kita sendirilah yang menentukannya, dan kelak masing-masing jiwa
tersebut yang akan menanggug apa yang dulu di dunia mereka perbuat.
Pada suatu hari Nabi Ibrahim ingin
melihat kebesaran Tuhan, yaitu bagaimana Allah menghidupkan dan mematikan
makhluk-Nya. "Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: 'Ya Tuhanku,
perlihatkanlah padaku bagaimana engkau menghidupkan arang yang mati. 'Allah
berfirman: 'Belum yakinkah kamu?' Ibrahim menjawab: 'Aku telah meyakininya,
akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku). "(Kalau demikian),
ambillah empat ekor burung lalu cincanglah semuanya. Allah berfirman: 'Lalu
letakkanlah di atas bahagian- bahagian itu, kemudian panggillah mereka, nescaya
mereka datang kepadamu dengan segera," dan ketahuilah bahawa Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana."'" (QS. al-Baqarah: 260)
Nabi
Ibrahim telah membuktikannya, dan beliau melihat sendiri bagaimana potongan
burung yang telah dipisah-pisah di bukit-bukit ternyata dengan izin Allah
kembali bersatu utuh seperti semula. Melihat kebesaran Allah tersebut Nabi
Ibrahim segera bersimpuh sujud memohon ampun kepada Allah SWT.
Nabi Ibrahim berhijrah meninggalkan
kaumnya untuk berdakwah menyebarkan risalah Ilahi. Pertama-tama Nabi Ibrahim
pergi ke kota yang bernama Aur, kemudian beliau hijrah lagi ke Haran, kemudian
beliau hijrah lagi ke Palestina. Kemudian beliau pergi ke mesir, pada setiap
perjalanan Nabi Ibrahim selalu berdakwah dan selalu mengajak manusia untuk
hanya menyembah Tuhan yang satu yaitu Allah SWT. Beliau membantu orang-orang
yang lemah dan tidak mampu, beliau menegakkan keadilan, dan selalu menunjukkan
manusia ke jalan yang benar. Pada saat di Mesir Nabi Ibrahim dihadiahi seorang
budak perempuan oleh Raja Mesir, yang setelah itu menjadi istri Nabi Ibrahim yang kedua.
Dari istri yang kedua inilah Nabi
Ibrahim dianugerahi keturunan oleh Allah SWT, anak yang pertama ini diberi nama
Ismail yang kemudian nanti juga menjadi Nabi dan dari keturunan Nabi Ismail inilah Nabi junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.
Suatu hari setelah terbangun dari
tidur Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk melakukan perjalanan bersama
istrinya Hajar dan anaknya Ismail. Setelah bersiap mereka berangkat dan
melewati rerumputan pepohonan dan gunung-gunung
lalu sampailah mereka di tempat yang tandus dan tak ada tanaman dan air
sedikitpun, disinilah Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk
meninggalkan anak istrinya. Hajar dan Ismail hanya ditinggalkan bekal yang
tidak cukup digunakan untuk dua hari dan pada saat itu ismail masih menyusu.
Nabi Ibrahim mulai berjalan
meninggalkan anak dan istrinya, istrinya bertanya, wahai Ibrahim mengapa engkau
meninggalkan kami di tempat tandus dan tak ada apa-apa seperti ini. Tapi Nabi
Ibrahim diam dan tetap berjalan. Kemudian Siti Hajar kembali menanyakan
pertanyaan yang sama, tapi Nabi Ibrahimpun tetap diam. Akhirnya Siti Hajar
mengerti kalau semua ini adalah perintah yang berasal dari Allah SWT. Siti
Hajar bertanya lagi, apakah ini adalah perintah Allah. Kemudian Nabi Ibrahim
menjawab, benar. Kalau begitu kita tak akan disia-siakan, Siti Hajar menjawab. Kemudian
Nabi Ibrahim berjalan menuju ke puncak sebuah gunung, kemudian beliau berdoa
kepada Allah SWT. "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan
sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat
rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. " (QS. Ibrahim: 37)
Setelah dua
hari habislah bekal yang dibawa, ketika itu matahari tengah bersinar dengan
teriknya membuat ibu dan anak tersebut kehausan. Ismail terus saja menangis
karena kehausan, akan tetapi air susu ibunya telah mengering. Siti Hajar
mencoba untuk mencari air di sekitar tempat itu. Pertama Siti Hajar berjalan
sampai ke puncak gunung Shafa berharap dia bertemu sumber air atau setidaknya
bertemu dengan seorang musafir yang akan berbaik hati memberikan air minum
untuk anaknya. Akan tetapi dia gagal menemukan mata air ataupun seorang musafir
yang sedang melakukan perjalanan. Kemudian dia menuruni shafa dan berjalan
lagi, kali ini dia mendaki sampai ke puncak gunung marwah masih dengan harapan
yang sama akan tetapi dia tetap gagal. Kemudian dia kembali untuk melihat
keadaan anaknya, anaknya masih tetap saja menangis. Dia kembali mendaki gunung
shafa kemudian menuruninya lagi dan menuju ke gunung marwah dan menuruninya
lagi dan kembali lagi ke gunung shafa, begitu terus menerus sampai 7 kali. Dalam
keadaan letih Siti Hajar kembali kepada anaknya, tapi anaknya masih tetap saja
menangis. Akan tetapi akhirnya Allah menunjukkan kebesaran dan kuasa-Nya, Allah
mendatangkan rahmat untuk hamba-Nya yang bertakwa. Ismail memukul-mukulkan
kakinya ke tanah, dan dari bawah kakinya memancar mata air yang berlimpah yang
kemudian disebut dengan sumur zamzam. Kemudian Siti Hajar meminum air tersebut
dan bersyukur kepada Allah SWT. Dan terselamatkanlah kehidupan Ibu dan anak
tersebut, dan dari mata air tersebut tumbuhlah berbagai macam tanaman, dan
menjadi bersemi tempat tersebut.
Karena
keberlimpahan anugrah yang ada di tempat itu membuat para musafir
berbondong-bondong untuk bermukim di tempat tersebut. Siti Hajar sangat
dihormati di wilayah itu karena dialah yang pertama kali menemukan sumber air
zamzam tersebut. Ismail tumbuh dengan cepatnya dan dia menjadi anak yang saleh
dan sangat penyabar. Disisi lain Nabi Ibrahim ingin menjenguk anak istrinya dan
ingin melihat keadaan mereka. Sampai di sana Nabi Ibrahim merasa lega karena anak
dan istrinya hidup dalam kecukupan.
Suatu siang Nabi Ibrahim bermimpi
bahwa dia menyembelih anaknya ismail,
kemudian Nabi Ibrahim menceritakan kepada Ismail. Karena ini adalah mimpi
seorang Nabi maka itu adalah kebenaran atau wahyu yang berasala dari Allah SWT.
Ismail pun mengerti bahwa itu adalah perintah Allah, maka dia pun berserah diri
kepada Nabi Ibrahim dan Allah. Berkata Ismail, 'Hai bapakku, kerjakanlah apa
yang diperintahkan kepadamu. Insya- Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar.' Kemudian
ketika Nabi Ibrahim telah meletakan Ismail di pelipis tangannya untuk
disembelih maka Allah mengganti Ismail menjadi seekor kambing. Peristiwa inilah
yang kemudian di hari kemudian menjadi dasar bagi generasi berikutnya dalam
melaksanakan ibadah Idul Adha. Agar generasi berikutnya bisa mengambil
pelajaran dari kisah yang penuh dengan hikmah ini.
"Dan Ibrahim
berkata: Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi
petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkan kepadaku (seorang anak) yang
termasuk orang-orang yang soleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan
seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup)
berusaha bersama-sama Ibrahim. Ibrahim berkata: 'Hai anakku, sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahawa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!'
Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya-
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.' Tatkala keduanya
telah berserah din dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (nyatalah
kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: 'Hai Ibrahim, sesungguhnya engkau
telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian
yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami
abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang
datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. " (QS.
ash-Shaffat: 99-111)
Berdasarkan suatu riwayat
diceritakan bahwa setan berusaha menggagalkan perintah Allah kepada Nabi
Ibrahim ini. Akan tetapi ketaatan Nabi Ibrahim mengalahkan bujuk rayu iblis.
Setelah itu Nabi Ibrahim
meninggalkan anaknya dan kembali berdakwah, Nabi Ibrahim berhijrah dari tanah
Kaldanin, tempat kelahirannya di Iraq, dan melalui Yordania dan tinggal di
negeri Kan'an.
Suatu hari Nabi Ibrahim dikunjungi
oleh 3 orang laki-laki, mereka adalah 3 malaikat yang menyamar menjadi manusia
untuk memberi hukuman kepada kaum Nabi Luth. Mereka adalah malaikat Jibril,
Izrafil dan Mikail. Kaum Nabi Luth telah berbuat dosa yang tak pernah dilakukan
oleh kaum sebelumnya yaitu melakukan perbuatan homoseks. Wajah ketiga laki-laki
ini amat bersinar, pertama-tama Nabi Ibrahim tidak mengetahui jika ketiga orang
ini adalah malaikat yang menyamar. Sehingga Nabi Ibrahim memberikan suguhan
separuh kambing, akan tetapi ketiga laki-laki ini tidak mau memakannya. Sampai
disini Nabi Ibrahim merasa cemas dan curiga kalau-kalau ketiga laki-laki ini
hendak berbuat jahat. Karena menurut budaya setempat jika seorang tamu tidak
mau menerima jamuan dari tuan rumah berarti tamu tersebut tidak senang dan
hendak berbuat buruk. Para malaikat mengetahui kegundahan Nabi Ibrahim kemudian
mereka menjelaskan kepada Nabi Ibrahim jika mereka adalah malaikat yang diutus
untuk kaum Nabi Luth. Selain itu para malaikat juga mengabarkan jika istrinya
Sarah akan melahirkan seorang anak yang bernama Ishak dan setelah Ishak
lahirlah yaqub. Dimana Nabi Ibrahim masih bisa melihat kelahiran cucunya.
"Sungguh
mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang
perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sangat tua pula?"
(QS. Hud: 72)
Nabi Ibrahim masih belum percaya
sepenuhnya dengan kabar gembira ini, Nabi Ibrahim bertanya, “bagaimanakah cara
kabar gembira ini terlaksana ?” kemudian para malaikat menjawab, kami sampaikan
kepadamu kabar gembira ini dengan penuh kebenaran, maka janganlah kamu termasuk
orang-orang yang berputus asa.” Kemudian Nabi Ibrahim menjawab, tidak ada yang
berputus asa kecuali orang-orang yang sesat.” Kemudian para malaikat meyakinkan
Nabi Ibrahim, ‘apakah kamu merasa heran dengan ketetapan Allah ? Itu adalah rahmat Allah dan keberkatan-Nya,
dicurahkan atas kamu, wahai hai Ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji
lagi Maha Pemurah.' Nabi Ibrahim dan
istrinya sangat bergembira dengan adanya berita tersebut, istrinya berlinang
air mata kebahagiaan sedangkan Nabi Ibrahim segera bersujud.
Kemudian Nabi
Ibrahim juga menanyakan tentang pengutusan mereka kepada kaum Nabi Luth, bahwa
para malaikat akan menghancurkan kaum Nabi Luth karena pembangkangan yang
dilakukan oleh kaum Nabi Luth ini. Akan tetapi dibalik itu Nabi Ibrahim
mengkhawatirkan tentang umat muslim yang berada di tengah-tengah mereka. Setelah
dijelaskan oleh para malaikat jika
orang-orang muslim akan diselamatkan dan ini semua telah menjadi ketetapan
Allah bahwasanya kaum Nabi Luth kebanyakan adalah para pembangkang yang suka
berbuat kerusakan dan telah melampui batas. Nabi Ibrahim yang mempunyai sifat
penyantun dan lembut hatinya ini tidak tega jika ada suatu kaum yang akan
dimusnahkan, sehingga beliau mempertanyakan pertannyaan-pertanyaan itu. Akan tetapi
ini semua adalah sudah menjadi ketentuan dari pada Allah SWT, sehingga takkan
dihentikan meski Nabi Ibrahim mengajukan pertanyaa-pertanyaan itu. Kaum Nabi
Luth akan dimusnahkan dengan hujan batu yang terbakar.
Itulah kisah Nabi Ibrahim yang
penuh dengan hikmah pelajaran yang berharga bagi kita yang masih hidup dan agar
bisa meningkatkan amal ibadah sebagai orang yang beriman, agar kita bisa hidup
bahagia di dunia maupun di akhirat.
Dan
sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum
(Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya. (QS. al- Anbiya': 51-68)