Minggu, 22 Maret 2015

Kisah Nabi Ayyub as




Nabi Ayub adalah putera dari aish bin ishaq bin Ibrahim, dimana aish adalah saudara kembar yaqub. Jadi ayub dan yusuf masih keponakan. Nabi  Ayub adalah orang yang terkenal dengan kesabarannya, dimana beliau mampu mengatasi semua ujian yang diberikan kepadanya. Allah SWT menguji beliau dengan hartanya, dimana setan membinasakan semua harta kekayaan Nabi Ayub. Akan tetapi Nabi Ayub masih saja menunjukkan kesabarannya, tidak berkurang cintanya kepada Allah. Beliau masih bersyukur dan memuji kebesaran Allah SWT. Nabi Ayub berkata: "Oh musibah dari Allah SWT. Aku harus mengembalikan kepada-Nya amanat yang ada di sisi kami di mana Dia saat ini mengambilnya. Allah SWT telah memberi kami nikmat selama beberapa masa. Maka segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang diberikannya, dan Dia mengambil dari kami pada hari ini nikmat-nikmat itu. Bagi-Nya pujian sebagai Pemberi dan Pengambil. Aku dalam keadaan ridha dengan keputusan Allah SWT. Dia-lah yang mendatangkan manfaat dan mudharat. Dia-lah yang ridha dan Dialah yang murka. Dia adalah Penguasa. Dia memberikan kerajaan kepada siapa yang di kehendaki-Nya, dan mencabut kerajaan dari siapa yang dikehendaki-Nya; Dia memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya." Kemudian Nabi Ayub sujud dan Iblis tampak tercengang melihat pemandangan tersebut.
Di saat selanjutnya setan meminta ijin kepada Allah untuk menguji Nabi Ayub dari anak-anaknya, lalu Allah mengijinkan setan mengganggu Nabi Ayub dari anak-anaknya. Disaat anak-anak Nabi Ayub berkumpul di suatu gedung setan menggoncangkan gedung tersebut sehingga anak-anak Nabi Ayub semua meninggal. Akan tetapi setan salah, setelah Nabi Ayyub kehilangan anak-anaknya Nabi Ayyub tidak lantas berhenti dari beribadah kepada Allah. Beliau masih bersyukur dan memuji kebesaran Allah, dalam keadaan demikian, Nabi Ayub berdialog kepada Tuhannya dan menyeru: "Allah memberi dan Allah mengambil. Maka bagi-Nya pujian saat Dia memberi dan mengambil, saat Dia murka dan ridha, saat Dia mendatangkan manfaat dan mudharat”. Kemudian Ayub pun sujud dan iblis lagi-lagi tampak tercengang dan merasa malu.
Iblis lalu kembali menemui Allah, lalu dia mengadu kepada Allah jika Nabi Ayyub beribadah kepada-Nya adalah karena Nabi Ayyub diberi badan yang sehat. Jika Allah mengijinkan setan untuk mengganggu badannya setan yakin Nabi Ayyub akan mengingkari Allah. Kemudian Allah mengijinkan setan untuk mengganggu badan Nabi Ayyub, lalu setan memukul badan Nabi Ayyub dari kepala sampai telapak kaki. Maka tubuh Nabi Ayub mengalami penyakit kulit yang hebat sampai kulit Nabi Ayyub mengeluarkan nanah sehingga beliau dijauhi oleh saudara, keluarga, dan teman-temannya. Tinggallah istrinya yang setia menemani, akan tetapi istri Nabi Ayyub kemudian juga termakan bujuk rayu setan yang kemudian meninggalkan Nabi Ayyub sendirian. Kemudian Nabi Ayyub berkata kepada istrinya, “Sungguh imanmu tampak melemah dan keputusan Allah SWT membuat hatimu menjadi sempit. Seandainya aku sembuh dan kembali kepada kekuatanku, niscaya aku akan memukulmu dengan seratus kali pukulan dari tongkat. Sejak hari ini, aku tidak memakan dari makananmu dan dari minumanmu atau memerintahkanmu untuk melakukan suatu urusan. Maka pergilah kau dariku.”
Tinggallah Nabi Ayyub sendiri, sampai pada akhirnya Nabi Ayyub berdoa kepada Allah SWT. Nabi Ayyub berkata, “('Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.”  Allah memperkenankan doa Nabi Ayyub. Allah mewahyukan kepada Nabi Ayyub supaya menghantamkan kakinya ke tanah dan darinya keluarlah mata air dan dengan mata air tersebut Nabi Ayyub mandi dan minum sehingga penyakit nabi Ayyub sembuh dan dengannya kekuatan Nabi Ayyub kembali.
Disaat yang demikian istri Nabi Ayyub kembali kepada Nabi Ayyub, akan tetapi dulu Nabi Ayyub telah bersumpah akan memukul istrinya sebanyak 100 kali. Akan tetapi Nabi Ayyub tidak tega melakukan hal tersebut kepada istrinya yang selama ini setia kepadanya. Kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Ayyub agar beliau mengumpulkan sebanyak seratus lidi kemudian diikat lalu dipukulkan pelan sekali saja kepada istrinya. Dengan demikian terlaksanalah sumpah dari Nabi Ayyub.
Setelah mengembalikan kesehatan Nabi Ayyub kemudian Allah mengembalikan kekayaan dan keluarga dan dilipatgandakan bilangannya sehingga Nabi Ayyub tak lagi kesepian dan fakir lagi. Demikianlah kisah dari Nabi Ayyub yang bisa kita petik pelajaran untuk kita terapkan di kehidupan sehari-hari kita agar hidup kita menjadi bahagia di dunia dan di akhirat. Kunci untuk menggapai kebahagiaan adalah kesabaran sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Ayyub as, dengan bersabar beliau mampu menghadapi semua rintangan dan cobaan. Sehingga kemudian Allah mengkaruniakan kepadanya kebahagiaan berupa harta dan keluarga yang melimpah.

Sabtu, 21 Maret 2015

Kisah Nabi Dzulkifli a.s




Beliau adalah seorang Nabi yang diutus untuk kaum Amoria di Damaskus, beliau adalah orang yang terkenal dengan kesabarannya. Selain itu beliau adalah orang yang selalu menggunakan akal sehatnya walaupun dalam keadaan apapun. Nama Dzulkifli sendiri bukanlah nama asli beliau, beliau mendapatkan nama itu dari Raja. Suatu hari raja memberi tantangan kepada rakyatnya yaitu siapa yang bisa berlaku sabar, jika siang berpuasa dan jika malam beribadah. Tak ada satupun dari rakyatnya yang berani melakukan tantangan dari raja kecuali seorang anak yang bernama Basyar. Setelah itu Raja memberi nama dia Dzulkifli yang artinya punya sanggup. Setelah itu Raja semakin tua dan mengangkat Nabi Dzulkifli sebagai raja, setelah menjadi raja Nabi Dzulkifli berjanji kepada rakyatnya bahwa dia akan menjadi raja yang adil bagi rakyatnya.
Menurut riwayat beliau adalah putera dari Nabi Ayyub yang selamat saat terjadi reruntuhan, beliau adalah sosok yang sangat tekun beribadah. Beliau melakukan shalat sebanyak seratus kali dalam sehari. Suatu hari Nabi Dzulkifli diganggu oleh setan, setan telah mengetahui bahwa waktu tidur Nabi Dzulkifli pada malam hari sangat sedikit sehingga setan mengganggu Nabi Dzulkifli pada malam hari ketika Nabi Dzulkifli hendak tidur. Setan merubah diri menjadi seorang kakek, setan berkata kepada Nabi Dzulkifli, “Hamba seorang musafir, barang-barang hamba dirampok di perjalanan,” Nabi Dzulkifli menjawab, “"Datanglah besok pagi, akan kuputuskan masalahmu dalam sidang,"
Akan tetapi kakek tersebut tidak datang, setelah ditunggu sampai sore hari kakek tersebut juga tak kunjung datang. Tetapi setelah malam hari ketika Nabi Dzulkifli hendak istirahat kakek tersebut malah datang. Ketika ditanya mengapa tadi pagi tidak datang kakek tersebut beralasan, “orang yang merampok saya cerdik tuanku, jika sidang dibuka barang-barang saya dikembalikan dan jika sidang ditutup maka barang saya dirampok kembali.
Suatu malam ketika Nabi Dzulkifli sangat mengantuk beliau berpesan kepada semua penjaga agar menjaga pintu dan tidak membiarkan seorangpun masuk. Akan tetapi beliau tetap mendengar suara ketukan di pintu kamarnya, beliau bertanya kepada penjaga, “siapa yang masuk”. Tidak ada wahai tuanku, jawab para penjaga, akan tetapi kemudian beliau keluar kamar dan didapatinya kakek tersebut di depan kamarnya. Beliau berkata kepada kakek tersebut, “kamu pasti bukan manusia, kamu adalah setan.” Lalu setan tersebut menjawab, “benar aku adalah setan yang ingin menguji kesabaranmu, ternyata memang benar kamu dapat menyanggupi kesanggupanmu dulu.”
Karena gagal membuat Nabi Dzulkifli marah kemudian setan tersebut pergi, karena keadilan dari Nabi Dzulkifli maka rakyatnya pun hidup makmur dan sejahtera. Begitulah kisah Nabi Dzulkifli yang bisa kita menjadi pelajaran bagi kita semua. Amin ya robbal ‘alamin.

Selasa, 17 Maret 2015

Kisah Nabi Su’aib a.s




Nabi Su’aib diutus pada sebuah negeri yang bernama negeri madyam, seperti yang telah dijelaskan di dalam Al-quran. "Dan kepada (penduduk) Madyan (kami utus) saudara mereka, Syu 'ib. Ia berkata: 'Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia.'" (QS. Hud: 84)
Penduduk Madyan adalah orang-orang yang sangat kafir, mereka telah melupakan Tuhan yang telah memberikan mereka kehidupan dan apa saja yang mereka butuhkan. Bukannya menyembah Tuhan YME, penduduk Madyan malahan menyembah ‘Aikah’ yaitu sebidang pasir yang ditumbuhi tanam-tanaman. Karena jauh dari ajaran Illahi membuat kehidupan penduduk Madyan juga jauh dari kebenaran. Dalam berdagang mereka suka mengurangi takaran, berbohong adalah kebiasaan mereka sehari-hari. Mereka tak lagi menghiraukan harga diri dan nilai-nilai kemanusiaan, yang kuat menindas yang lemah dan hukum bisa diperjualbelikan. Nabi Su’aib kembali mengingatkan kaumnya, "Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan. Sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)." (QS. Hud: 84) "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerosakan." (QS. Hud: 85)
Seperti kaum-kaum sebelumnya dimana setiap didatangkan Nabi sebagai penyeru risalah Illahi didustakan oleh sebagian besar manusia. Setan telah membuat indah perbuatan mereka yang buruk. Berkata kaum Nabi Su’aib menentang dakwah yang dibawa oleh Nabi Su’aib. Mereka berkata: 'Hai Syu’ib, apakah agamamu yang menyuruh agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang dan berbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal.’ Kebanyakan penentang dakwah Nabi Suaib adalah mereka yang mempunyai harta diatas rata-rata. Inilah fitnah harta dan kekayaan yang sering menjerumuskan manusia ke dalam kesombongan kemudian membawa mereka kedalam kekafiran dan melupakan Tuhan.
Mereka mengenal bahwa Nabi Syu’aib adalah orang yang penyantun lagi berakal yang mereka kenal selama ini, akan tetapi mereka tetap menolak dakwah Islam yang dibawa oleh Nabi Syu’aib. Dengan sabar Nabi Syuaib ingin menyadarkan kaumnya, “Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. 'Hai kaumku, bagaimana fikiranku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. Nabi Syuaib melanjutkan dakwahnya, "Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Saleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu. Dan mohonlah ampun dari Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada- Nya,sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih. "
Akan tetapi mereka tetap menolak ajakan Nabi Syuain dan tetap memilih menjadi kafir dan menyembah Aikah, berkata mereka kepada Nabi Syuaib, 'Hai Syu’ib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu, Dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami.’ Mereka mulai mencari-cari kelemahan Nabi Syuaib bahwa Nabi Syuaib bukanlah orang yang terpandang diantara mereka. Inilah kelemahan yang melanda sebagian besar manusia, dimana kebanyakan manusia hanya melihat kepada materi tanpa memperdulikan kebenaran. Seharusnya apa yang dibawa Nabi Syuaib telah bisa mengalahkan ketidakbenaran kaum Nabi Syuaib. Akan tetapi mereka memang telah disesatkan oleh syaitan, dan mereka memilih syaitan sebagai pemimpin-pemimpin mereka. Yang menjadi pengikut Nabi Syuaib adalah orang-orang yang berada di perekonomian menengah ke bawah.
Kaum Nabi Syuaib semakin keterlaluan, bahkan mereka berani mengancam Nabi Syuaib, Mereka berkata, "Kalau tidaklah kerana keluargamu tentulah kami akan merejammu." Dengan sabar Nabi Syuaib menanggapi kaumnya, 'Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah. " kaum Nabi Syuaib semakin menentang Nabinya, mereka berkata, 'Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu’ib dan dengan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami.' Nabi Syuaib sudah berusaha menyadarkan kaumnya akan perbuatan mereka yang salah. Akan tetapi beliau malah mendapat makian dan ancaman, siang malam berdakwah tak membuat kaum Nabi Syuaib sadar akan kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat. Hanya sebagian kecil dari kaum Nabi Suaib yang beriman yaitu dari golongan kaum fakir dan golongan-golongan yang lemah dan kurang berpengaruh dalam masyarakat pada waktu itu.
Lama Nabi Suaib berdakwah tapi tidak bertambah jumlah kaumnya, kaumnya malahan agar dipercepat azab yang dincamkan kepada mereka. Akhirnya Nabi Suaib berpasrah kepada Allah sembari berdoa, ” Ya Tuhan Kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan haq (adil) dan Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.”  Kemudian Allah SWT menjawab doa Nabi Suaib tersebut dengan diturunkannya azab untuk kaum Nabi Suaib yang membangkang. Sebelum azab datang Allah mewahyukan kepada Nabi Suaib agar meninggalkan negeri Madyan.
Mula-mula datang panas yang sangat menyengat di siang hari, saking panasnya membuat kekeringan dan tanaman-tanaman mati dan susu-susu hewan mengering. Sehingga semua orang keluar untuk mencari kesejukan, lalu mereka menemukan awan hitam yang mereka kira akan menurunkan hujan kepada mereka. Sehingga mereka berteduh di bawah awan tersebut, akan tetapi tiba-tiba mereka disambar oleh api yang keluar dari awan yang kemudian membakar mereka semua, dan bumipun bergoncang, lalu terdengar suara Guntur yang sangat keras yang membuat nyawa mereka semua tercabut, yang tinggal hanyalah jasad-jasad mereka yang mati bergelimpangan. Begitulah azab Allah di dunia kepada membinasakan umat Nabi Suaib yang membangkang terhadap Nabi Suaib. Sedangkan di akhirat kelak mereka akan dimasukkan ke dalam api neraka dan mereka akan kekal di dalamnya.
Allah mennyelamatkan Nabi Suaib dan kaumnya, melihat kaumnya tertimpa azab Nabi Suaib berkata, Wahai kaumku! Sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?”
Begitulah kisah Nabi Suaib as semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Akhirul kalam bilahi taufik wal hidayah wal ridho wal inayah wasallamualaikum wr.wb.