Minggu, 06 Juli 2014

Sumatra Thawalib




Sumatra Thawalib merupakan organisasi Islam yang berasal dari Sumatra, arti thawalib sendiri adalah pelajar. Pada tanggal 15 januari 1919 oraganisasi ini didirikan, yang merupakan gabungan dari pelajar Sumatra thawalib dan pelajar parabek, organisasi ini lalu diberi nama “Sumatra Thawalib”. Sumatra thawalib merupakan sekolah Islam modern pertama di Indonesia pada waktu itu. Tujuan pembentukan organisasi ini adalah untuk menyebarluaskan agama Islam dan memperdalam ilmu agama Islam.
Sebelum menjadi organisasi Islam, Sumatra Thawalib merupakan sebuah koperasi yang dibangun oleh Haji Habib salah seorang anggota surau jembatan besi. Waktu pertama kali didirikan tahun 1915 koperasi tersebut bernama “Koperasi Pelajar Jembatan Besi”.  Lalu pada tahun 1918 atas inisiatif Zainuddin Labai Al-Yunusi, Jalaluddin Thaib dan Inyiak Mandua Basa nama Koperasi Pelajar Jembatan Besi” diganti dengan “Sumatra Thawalib”. Surau jembatan besi memperluas ruang lingkup kegiatannya dan memajukan system pendidikannya dengan memperkenalkan sistem kelas pada Sumatra Thawalib. Dan sejak saat itu sistem pendidikan surau jembatan besi berubah menjadi sistem sekolah Sumatra Thawalib. Lalu Haji Rasul menyusun kembali kurikulum dan mengubah metode pengajaran serta memasukkan mata pelajaran umum.
Lambat laun sekolah Sumatra Thawalib semakin tersebar di seluruh Sumatra Barat, sehingga hal ini mendorong terbentuknya organisasi politik yang dapat mempersatukan seluruh pelajar Sumatra Thawalib. Maka pada tanggal 22 Januari 1922 diadakan pertemuan antar wakil seluruh pelajar Sumatra Thawalib. Dari pertemuan tersebut dihasilkan pembentukan persatuan pelajar Sumatra Thawalib di bawah satu dewan pusat dengan cabang-cabangnya tersebar di seluruh daerah. Pusat kegiatannya berada di Padang Panjang.
Para pengajar di sekolah Sumatra Thawalib adalah orang-orang terbuka yang menyukai pembaharuan, tidak fanatik dan berpandangan luas. Melalui pendidikan mereka akan merubah kehidupan dengan cepat dan tepat. Sekolah ini terdiri dari tujuh kelas, kelas 1 dan 2 diberikan dua mata pelajaran, kelas 3 diberikan 6 mapel, dan mulai kelas 4 diberikan semua mapel.
Di tubuh Sumatra Thawalib juga sempat terpengaruhi oleh paham komunisme yang di bawa oleh Djamaluddin Tamin dan Datuk Bartuah yang sempat mempengaruhi murid Sumatra Thawalib. Namun para pengajar dan guru besar menentang habis-habisan paham tersebut. Lalu para pengajar Sumatra Thawalib membentuk sebuah organisasi untuk menampung Sekolah Islam tradisional di Sumatra Barat. Organisasi tersebut bernama Persatuan Tarbiyah Islamiyah.
Akan tetapi pada tahun 1930 akhirnya Sekolah Sumatra Thawalib ditutup oleh Pemerintah Hindia Belanda karena para pelajar Sumatra Thawalib mulai ikut terjun dalam dunia politik dan melakukan kegiatan-kegiatan politik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar