Sumatra Thawalib merupakan organisasi Islam yang berasal
dari Sumatra, arti thawalib sendiri adalah pelajar. Pada tanggal 15 januari
1919 oraganisasi ini didirikan, yang merupakan gabungan dari pelajar Sumatra
thawalib dan pelajar parabek, organisasi ini lalu diberi nama “Sumatra Thawalib”.
Sumatra thawalib merupakan sekolah Islam modern pertama di Indonesia pada waktu
itu. Tujuan pembentukan organisasi ini adalah untuk menyebarluaskan agama Islam
dan memperdalam ilmu agama Islam.
Sebelum menjadi organisasi Islam, Sumatra Thawalib
merupakan sebuah koperasi yang dibangun oleh Haji Habib salah seorang anggota
surau jembatan besi. Waktu pertama kali didirikan tahun 1915 koperasi tersebut
bernama “Koperasi Pelajar Jembatan Besi”. Lalu pada tahun 1918 atas inisiatif Zainuddin Labai Al-Yunusi, Jalaluddin Thaib dan Inyiak Mandua Basa nama “Koperasi Pelajar
Jembatan Besi”
diganti dengan “Sumatra Thawalib”. Surau jembatan besi memperluas ruang lingkup
kegiatannya dan memajukan system pendidikannya dengan memperkenalkan sistem
kelas pada Sumatra Thawalib. Dan sejak saat itu sistem pendidikan surau
jembatan besi berubah menjadi sistem sekolah Sumatra Thawalib. Lalu Haji Rasul
menyusun kembali kurikulum dan mengubah metode pengajaran serta memasukkan mata
pelajaran umum.
Lambat laun sekolah Sumatra Thawalib semakin tersebar di
seluruh Sumatra Barat, sehingga hal ini mendorong terbentuknya organisasi
politik yang dapat mempersatukan seluruh pelajar Sumatra Thawalib. Maka pada
tanggal 22 Januari 1922 diadakan pertemuan antar wakil seluruh pelajar Sumatra
Thawalib. Dari pertemuan tersebut dihasilkan pembentukan persatuan pelajar
Sumatra Thawalib di bawah satu dewan pusat dengan cabang-cabangnya tersebar di
seluruh daerah. Pusat kegiatannya berada di Padang Panjang.
Para pengajar di sekolah Sumatra Thawalib adalah
orang-orang terbuka yang menyukai pembaharuan, tidak fanatik dan berpandangan
luas. Melalui pendidikan mereka akan merubah kehidupan dengan cepat dan tepat.
Sekolah ini terdiri dari tujuh kelas, kelas 1 dan 2 diberikan dua mata
pelajaran, kelas 3 diberikan 6 mapel, dan mulai kelas 4 diberikan semua mapel.
Di tubuh Sumatra Thawalib juga sempat terpengaruhi oleh
paham komunisme yang di bawa oleh Djamaluddin Tamin dan Datuk Bartuah yang
sempat mempengaruhi murid Sumatra Thawalib. Namun para pengajar dan guru besar
menentang habis-habisan paham tersebut. Lalu para pengajar Sumatra Thawalib membentuk
sebuah organisasi untuk menampung Sekolah Islam tradisional di Sumatra Barat.
Organisasi tersebut bernama Persatuan Tarbiyah Islamiyah.
Akan tetapi pada tahun 1930 akhirnya Sekolah Sumatra
Thawalib ditutup oleh Pemerintah Hindia Belanda karena para pelajar Sumatra
Thawalib mulai ikut terjun dalam dunia politik dan melakukan kegiatan-kegiatan
politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar