Minggu, 15 Juni 2014

Sarekat Islam





Pada mulanya organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam,yaitu perkumpulan para pedagang Islam yang dibentuk oleh haji Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905 di Surakarta. Sarekat Dagang Islam dibentuk untuk mencegah para pedagang asing untuk berdagang dan menguasai perdagangan di Indonesia, khususnya pedagang dari tionghoa yang telah lebih maju dandiberi kedudukan yang tinggi oleh Pemerintahan Hindia Belanda. Organisasi ini berkembang pesat, dan menyebabkan para tokoh mendirikan Sarikat Dagang Indonesia di berbagai daerah. Diantaranya adalah R.M. Tirtoadisurjo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia.
Pada tahun 1912 HOS Cokroaminoto menggagas untuk mengubah SDI menjadi sebuah pergerakan yang bernama Sarikat Islam. HOS Cokroaminoto memperluas yudiriksi yang ada di tubuh SDI, diantaranya adalah yang dulunya SDI hanya mempermasalahi tentang ekonomi dan sosial, tapi sekarang juga kearah politik dan Agama guna menyumbangkan semangat perjuangan islam dalam semangat juang rakyat terhadap kolonialisme dan imperialisme di masa itu. Maka HOS Cokroaminoto mengubah nama Sarikat Dagang Islam menjadi Sarikat Islam.
Sarikat Islam sendiri memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah :
1.         Mengembangkan jiwa dagang.
2.         Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha.
3.         Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat.
4.         Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam.
5.         Hidup menurut perintah agama.
SI tidak membatasi anggotanya hanya pada masyarakat Jawa dan Madura, tapi SI terbuka untuk semua masyarakat muslim. SI berkembang sangat pesat, disamping itu SI juga  bergerak  pada bidang politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Pada bulan maret 1916 SI pusat diberi pengakuan sebagai badan hukum oleh Pemerintah Belanda. Baru pada tahun 1917 setelah Pemerintah mengijinkan berdirinya partai politik, maka SI berubah menjadi partai politik.
Namun pada akhirnya SI terpecah menjadi dua bagian, hal ini disebabkan masuknya paham komunisme dan sosialisme revolusioner di tubuh SI. Paham ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet, dia berhasil masuk ke tubuh SI dengan alasan persamaan tujuan yaitu membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme tapi dengan cara yang berbeda. Bagian yang pertama yaitu "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan bagian yang kedua yaitu "SI Merah" yang dipimpin Semaoen. “SI putih” berpusat diYogyakarta yang masih menganut paham Islam, sedangkan “SI Merah” berpusat di Semarang menganut paham komunisme.
Jarak antara “SI putih” dan “SI merah” semakin melebar saat Partai Komunis Internasional membuat ultimatum untuk menentang cita-cita Pan-Islamisme. Namun pada Kongres SI yang ke-6 Abdul Muis dan Agus Salim mendesak SI untuk melakukan disiplin partai. Artinya SI melarang para anggotanya untuk tetap bersama SI atau bersama dengan organisasi lain atau melarang adanya keanggotaan ganda. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan adanya unsur komunisme di tubuh SI. Walaupun sebelumnya ditentang oleh para anggota PKI, tapi akhirnya keputusan ini disyahkan karena mendapat mayoritas suara. Dan akhirnya anggota-anggota PSI dari Muhammadiyah dan Persis dikeluarkan.
Pada Kongres SI bulan Februari 1923 di Madiun Tjokroaminoto memusatkan tentang peningkatan pendidikan kader SI dalam memperkuat organisasi dan pengubahan nama CSI menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Namun pada kongres PKI bulan Maret 1923, PKI memutuskan untuk menggerakkan SI Merah untuk menandingi SI Putih. Lalu pada tahun 1924, SI Merah berganti nama menjadi "Sarekat Rakyat".
Pada kongres PSI tahun 1929 PSI bertujuan untuk berjuang demi kemerdekaan nasional, sehingga menambah nama Indonesia, sehingga berubah menjadi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII). Lalu pada tahun itu juga PSII bergabung dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Karena perbedaan cara pandang dari para anggota partai, maka PSII terpecah menjadi Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman, PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar