Rabu, 20 Agustus 2014

Murji'ah





Adalah sebuah faham yang berlawanan dengan faham khawarij dan syi'ah, arti kata murji'ah sendiri merupakan menangguhkan. Faham ini merupakan faham yang berkebalikan dari faham khawarij dan syi'ah, artinya kaum murji'ah tidak akan langsung mengkafirkan bagi orang-orang yang berdosa seperti yang dilakukan oleh kaum syi'ah yang mengkafirkan para sahabat, dan kaum khawarij yang mengkafirkan Ali dan Muawiyah. Mereka menangguhkan para pendosa sampai dihadapan Allah SWT.

Pemimpin pertama kelompok ini adalah Hasan bin Bilal, dan tokoh utama yang lainnya adalah Abu Sallat Samman, dan Diror bin 'Umar. Kaum ini pun terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Golongan Moderat yaitu kaum murjiah orang berdosa bukanlah orang kafir dan tidak kekal di neraka. Golongan ini dipelopori Hasan bin Muhammad bin 'Ali bin Abi Thalib.
2. Golongan Ekstrim yaitu tidak mengkafirkan umat islam yang menyatakan kekufuran dalam bentuk lisan, karena mereka percaya bahwa iman itu ada di dalam hati, bahkan walaupun melakukan ritual agama lain. kaum ini juga berpendapat yang dimaksud ibadah itu adalah iman, sedangkan shalat, puasa, zakat, dan haji hanya menggambarkan kepatuhan saja. mereka juga berpendapat jika maksiat dan perbuatan jahat tidak merusak iman. mereka juga percaya jika orang yang berdosa ditangguhkan hukumannya di hari akhirat kelak. Sedangkan golongan ini dipelopori oleh Jaham bin Shofwan.

Tentu saja pendapat kaum murjiah diatas merupakan suatu kejanggalan dan bertentangan dengan ajaran Islam yang menggabungkan antara iman dan amal. sedangkan kaum murjiah hanya mengakui keimanan saja dan ajaran ini tidak menuntut pada amalan-amalan baik wajib maupun sunnah.
Mereka berpendapat jika kemaksiatan takkan membahayakan iman, keimanan bagi mereka adalah apa yang telah diucapkan dari mulut dan pembenaran dari hati saja. Kaum ini meyakini hukuman terhadap perbuatan manusia ditangguhkan sampai Allah sendiri menjatuhkan hukumannya di akhirat.

Faham ini muncul saat sistem khilafah kaum muslim berakhir, ada juga yang mengatakan ajaran murji'ah merupakan doktrin dari penguasa. An-Nadhar bin Syumail, berkata, “Saya masuk ke tempat Al-Ma’mun, lalu dia bertanya, ‘Bagaimana kabarmu pagi ini, wahai Nadhar?’ Saya menjawab, ‘Baik-baik saja, wahai Amirul Mukminin.’ Dia bertanya lagi, ‘Apakah Murji’ah itu?’ Saya menjawab, ‘Murji’ah adalah agama yang menyesuaikan para raja. Mereka mendapatkan kekayaan dunia dengan agama dan mengurangi agama mereka.’ Al-Makmun berkata, ‘Kamu benar.

Mazhab ini berkeyakinan seorang Pemimpin tetaplah seorang muslim dan pemegang urusan mereka walaupun para pemimpin ini mencambuk dan mengambil hartanya. Dan umat tetap harus berkata "Kami ridha." dan masih banyak lagi penganiayaan penguasa kepada rakyatnya, dan rakyatnya harus ridha kerena penguasa beriman kepada Allah dan Rasulnya, walaupun hanya di mulut saja.

Demikianlah, Imamul Ulama, Ibnu Utsaimin melakukan pengembangan dari mazhab Murji’ah dengan mengatakan -sungguh, apa yang dikatakannya adalah pendapat yang hampir-hampir bumi pun pecah dan gunung pun runtuh karena begitu tidak masuk akalnya-, “Katakan, andai penguasa itu dihukumi kafir, apakah itu berarti kita harus ikut mengobarkan kemarahan orang terhadap penguasa hingga terjadi pembangkangan, chaos dan peperangan? Tentu saja tindakan itu salah.”

Kaum Murji'ah hanya bertenggang rasa dengan para penguasa, tapi mereka tak mau bertenggang rasa dengan para Mujahid. Bahkan mereka menghukum para mujahid sebagai anjing-anjing neraka yang harus dibunuh.

Satu catatan aneh dan mengherankan dari fenomena aliran Murji’ah politik adalah bahwa para pemimpin mereka dari ekstrin tasawuf hingga yang disebut ekstrim salafi, atau Asy’ari, Maturidi, dan aliran Ahli Hadits memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang zat, asma, dan sifat Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar