Jam’iyatul
Chair adalah sebuah organisasi sosial yang didirikan di Jakarta pada tanggal 17
Juli 1905 dan bergerak di bidang pendidikan, dimana okoh-tokohnya adalah Habib
Abubakar bi Ali bin Abubakar bin Umar Shahab, Sayid Muhammad Al-Fakir Ibn. Abn.
Al Rahman Al Mansyur, Idrus bin Ahmad Shahab, Ali bin Ahmad Shahab, Abubakar
bin Abdullah Alatas, Muhammad bin Abdurrahman Shahab, Abubakar bin Muhammad
Alhabsyi dan Syechan bin Ahmad Shahab.
Organiasasi ini mencapai 3
tingkatan dalam pendidikan yaitu :
a. Tingkat Tahdiriah Lamanya
1tahun
b. Tingkat Ibtidaiyah Lamanya 6
tahun
c. Tingkat Tsanawiyah Lamanya 3
tahun
Untuk
memajukan organiasasi ini jam’iyatul chair juga memakai pengajar dari luar
daerah dan luar negeri yang mempunyai pengetahuan yang luas. Seperti Haji
Muhammad Mansyur (1907) seorang guru dari padang, juga al- Hasyimi (1911) dari
Tunisia.
Pada tahun
1923 Gedung Jam’iat Khair didirikan di Tanah Abang dan mempunyai 8 lokal,
kemudian ditambah lagi 2 menjadi 10 lokal. Murid-murid lulusan ibtidaiyah biasanya
langsung melanjutkan pendidikan ke Mesir atau Mekkah.
Organisasi
ini juga banyak mendatangkan majalah Islam dari Timur Tengah, dan melaporkan
kekejaman Belanda ke dunia luar melalui
surat menyurat dengan tokoh-tokoh pergerakan dan surat kabar di luar negeri. Selain
itu mereka juga berkontribusi dalam perjuangan pembebasan tanah air dari
penjajahan Belanda.
Salah satu
tokoh yang terkenal adalah syaikh Ahmad Surokati dari Sudan, karena
pemikirannya yang menyamaratakan keduduka setiap muslim. Karena sebelumnya
terdapat perselisihan antara sayyid (masih keturunan Nabi Muhammad) dengan orang
yang bukan keturunan Nabi. Dimana orang keturunan Nabi harus mempunyai hak
istimewa, bila tidak bisa menimbulkan petikaian.
Pada mulanya
organisasi ini berkantor di Pekojaan di Tanjung Priok (Jakarta), karena
perkembangannya yang semakin pesat, maka kantor dipindahkan di Jl. Karet Tanah
Abang. Organisasi ini banyak melahirkan tokoh-tokoh yang terkenal dan menjadi
perintis perkembangan Islam di Indonesia. Diantaranya adalah Kyai Haji Ahmad
Dahlan (pendiri Muhammadiyah), HOS Tjokroaminoto (pendiri Syarikat Islam), H.
Samanhudi (tokoh Sarekat Dagang Islam), dan H. Agus Salim. Organisasi ini juga
banyak melahirkan tokoh-tokoh perintis kemerdekaan.
Organisasi
ini meluas sampai Tanah Abang dengan mendirikan Panti Asuhan Piatu Daarul
Aitam. Jamiatul khair juga membangkitkan rasa nasionalisme orang Indonesia,
karena mendatangkan majalah-majalah dari luar negeri yang dapat membangkitkan
rasa nasionalisme seperti Al-Mu'ayat, Al-Liwa, Al-ittihad, dan lainnya. Tahun
1905 organisasi ini diresmikan oleh pemerintahan Hindia Belanda dengan syarat
tidak boleh membuka cabangnya di luar Batavia.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar