Sabtu, 24 Mei 2014

Jam’iyatul Chair




Jam’iyatul Chair adalah sebuah organisasi sosial yang didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905 dan bergerak di bidang pendidikan, dimana okoh-tokohnya adalah Habib Abubakar bi Ali bin Abubakar bin Umar Shahab, Sayid Muhammad Al-Fakir Ibn. Abn. Al Rahman Al Mansyur, Idrus bin Ahmad Shahab, Ali bin Ahmad Shahab, Abubakar bin Abdullah Alatas, Muhammad bin Abdurrahman Shahab, Abubakar bin Muhammad Alhabsyi dan Syechan bin Ahmad Shahab.
Organiasasi ini mencapai 3 tingkatan dalam pendidikan yaitu :
a. Tingkat Tahdiriah Lamanya 1tahun
b. Tingkat Ibtidaiyah Lamanya 6 tahun
c. Tingkat Tsanawiyah Lamanya 3 tahun
Untuk memajukan organiasasi ini jam’iyatul chair juga memakai pengajar dari luar daerah dan luar negeri yang mempunyai pengetahuan yang luas. Seperti Haji Muhammad Mansyur (1907) seorang guru dari padang, juga al- Hasyimi (1911) dari Tunisia.
Pada tahun 1923 Gedung Jam’iat Khair didirikan di Tanah Abang dan mempunyai 8 lokal, kemudian ditambah lagi 2 menjadi 10 lokal. Murid-murid lulusan ibtidaiyah biasanya langsung melanjutkan pendidikan ke Mesir atau Mekkah.
Organisasi ini juga banyak mendatangkan majalah Islam dari Timur Tengah, dan melaporkan kekejaman Belanda ke dunia  luar melalui surat menyurat dengan tokoh-tokoh pergerakan dan surat kabar di luar negeri. Selain itu mereka juga berkontribusi dalam perjuangan pembebasan tanah air dari penjajahan Belanda.
Salah satu tokoh yang terkenal adalah syaikh Ahmad Surokati dari Sudan, karena pemikirannya yang menyamaratakan keduduka setiap muslim. Karena sebelumnya terdapat perselisihan antara sayyid (masih keturunan Nabi Muhammad) dengan orang yang bukan keturunan Nabi. Dimana orang keturunan Nabi harus mempunyai hak istimewa, bila tidak bisa menimbulkan petikaian.
Pada mulanya organisasi ini berkantor di Pekojaan di Tanjung Priok (Jakarta), karena perkembangannya yang semakin pesat, maka kantor dipindahkan di Jl. Karet Tanah Abang. Organisasi ini banyak melahirkan tokoh-tokoh yang terkenal dan menjadi perintis perkembangan Islam di Indonesia. Diantaranya adalah Kyai Haji Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), HOS Tjokroaminoto (pendiri Syarikat Islam), H. Samanhudi (tokoh Sarekat Dagang Islam), dan H. Agus Salim. Organisasi ini juga banyak melahirkan tokoh-tokoh perintis kemerdekaan.
Organisasi ini meluas sampai Tanah Abang dengan mendirikan Panti Asuhan Piatu Daarul Aitam. Jamiatul khair juga membangkitkan rasa nasionalisme orang Indonesia, karena mendatangkan majalah-majalah dari luar negeri yang dapat membangkitkan rasa nasionalisme seperti Al-Mu'ayat, Al-Liwa, Al-ittihad, dan lainnya. Tahun 1905 organisasi ini diresmikan oleh pemerintahan Hindia Belanda dengan syarat tidak boleh membuka cabangnya di luar Batavia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar