Sabtu, 10 Mei 2014

Kisah Ali bin Abi Thalib



Beliau termasuk dalam kelompok khulafaur rasyidin, yaitu kelompok sahabat Rasulullah yang paling dekat dengan Rasulullah dan paling besar memberikan kontribusi kepada umat Islam. Beliau dilahirkan di Mekkah sekitar 13 Rajab 23 Pra Hijriah/599. Beliau adalah sepupu Nabi Muhammad SAW. Hal inilah yang membuat beliau istimewa bagi Nabi Muhammad SAW. Nama aslinya adalah Haidar, tapi Nabi memberikan nama Ali ketika masih kecil. Menurut Nabi nama itu berasal dari Allah yang artinya derajat yang tinggi di sisi Allah. Beliau terkenal dengan akhlak, ilmu, imannya yang agung.
Sejak kecil beliau sudah diasuh oleh Rasulullah, begitu dekatnya beliau dengan Rasulullah sampai Ibnu Abbas menerangkan : “Aku tidak pernah melihat seorang ayah mencintai anaknya sebesar Nabi mencintai Ali dan aku tidak pernah melihat seorang anak sedemikian patuh, lengket, dan mencintai ayahnya seperti Ali mencintai Nabi.”
Beliau berumur 10 tahun pada saat Rasulullah menerima wahyu yang pertama. Ada yang mengatakan jarak usia Nabi dengan beliau adalah 25 tahun, ada juga yang mengatakan jaraknya 30 tahun. Setelah dewasa beliau menikah dengan putri Rasulullah yang bernama Fatimah. Sampai 10 tahun usia pernikahan mereka akhirnya mereka harus terpisah karena Fatimah meninggal dunia, dengan meninggalkan 3 orang putera dan 2 orang puteri.
Setelah itu beliau menikah sebanyak 8 kali dengan dikaruniai 36 orang anak, akan tapi beliau tidak melanggar sunnah Rasulullah dengan tidak memiliki istri lebih dari 4 dalam 1 periode.
Beliau diangkat sebagai khalifah setelah masa kekhalifahan Utsman bin affan berakhir. Yaitu pada tahun 35 H. Dalam memerintah beliau meniru cara umar bin khatab dalam menjalankan roda pemerintahan. Beliau sangat tegas dalam menjalankan roda pemerintahan, karena demi menghilangkan berbagai fitnah yang terjadi setelah masa pemerintahan Utsman bin Affan. Semua dilakukan demi keadilan dan menegakkan yang hak. Beliau juga memiliki kecakapan dalam bidang ilmu pengetahuan, agama, dan strategi perang.
Akan tetapi karena ketegasannya itu banyak sekali terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh rakyatnya yang merasa tidak senang dengan kepemimpinan Ali, karena mereka merasa dirugikan. Yang pertama adalah pemberontakan dari keluarga bani ummayah. Dan puncak pemberontakan ini adalah terjadinya perang jamal. Perang ini terjadi dikarenakan khalifah Ali tidak segera mengusut pelaku pembunuh Utsman bin Affan. Pemberontakan ini dipimpin oleh Aisyah  istri rasulullah bersama Thalhah, dan Zubair. Dalam peperangan ini pihak pemberontak berhasil di redam oleh khalifah Ali. Thalhah dan Zubair dibunuh pada saat ingin melarikan diri, dan Aisyah istri Rasulullah dikembalikan ke Madinah.
Dalam masa pemerintahan beliau ada banyak sekali pergolakan, setelah perang jamal pecah, lalu disusul dengan pemberontakan dari mu’awiyah, gubernur damaskus. Pemberontakan ini juga didukung oleh para mantan pejabat yang merasa kehilangan kejayaannya. Masalahnya masih sama, yaitu khalifah Ali diminta mengusut pembunuh utsman bin affan. Pada mulanya pertempuran di sungai Eurprate, pertempuran ini terjadi karena pihak Khalifah Ali tidak diizinkan memakai sungai tersebut, karena sungai tersebut telah dikuasai oleh pihak Mua’wiyah. Dibawah komando Panglima Asytar al-Nahki, akhirnya sungai tersebut dapat direbut oleh pihak Khalifah Ali. Kendati sungai tersebut sudah dikuasai pihak Khalifah Ali pihak Mua’wiyah tetap diizinkan memakai sungai tersebut. Setelah itu khalifah Ali mendirikan pertahanan di dataran Shiffin.
Lalu pihak Ali mengirimkan utusan untuk melakukan perundingan damai, dibawah pimpinan Panglima Basyir bin Amru pihak Ali melakukan perundingan dengan pihal Mu’awiyah. Akan tetapi pihak mu’awiyah mengajukan untuk sementara menghentikan perundingan sampai akhir bulan Muharram 37 H. Setelah ditunggu akhirnya pihak Mua’wiyah menolak untuk berdamai, maka pada bulan Saffar pecahlah perang Shiffin. 95.000 pasukan dari pihak Ali, dan 85.000 pasukan dari pihak Mua’awiyah. Pada perang tersebut akhirnya pihak Khalifah Ali berhasil medesak pihak Mua’wiyah, lalu pihak Mua’wiyah meminta bertahkim dengan Kitabullah. Akhirnya peperangan diakhiri dengan cara bertahkim (arbitse) kendati sebenarnya pihak Ali sudah akan mendapatkan kemenangan. Tapi dengan cara bertahkim inipun tidak menyelesaikan masalah, malahan umat Islam terpecah menjadi 3, pihak Ali, Mua’wiyah, dan khawarij.
Lalu perang yang ketiga adalah perang Nahrawan, perang yang terjadi karena pihak khawariij yang tidak setuju dengan jalan arbitase yang diambil oleh Khalifah Ali. Mereka beranggapan kalau Mua’wiyah telah kufur karena mempermainkan Kitabbullah, selain itu mereka juga berpendapat khalifah Ali telah melakukan dosa besar karena telah meragukan kebenaran yang diperjuangkan, padahal telah banyak yang dikorbankan. Kelompok Kawarij ini telah keterlaluan dalam bersikap, diantaranya adalah membunuh keluarga sahabat Abdullah bin Wahhab, mereka juga membunuh utusan yang diutus oleh Khalifah Ali. Setelah itu pecahlah perang Nahrawan, dan kemenangan berada pada pihak Khalifah Ali. Pemuka Nawarij Abdullah bin Wahhab dan Mus’rar al-Tamimi tewas dalam peperangan ini.
Khalifah Ali bin Abi Thalib wafat saat hendak melaksanakan shalat subuh, dibunuh oleh seorang anggota Kawarij yang bernama Ibnu Muljam, pada 20 Ramadhan tahun 40 H. Tapi  akhirnya pembunuh Khalifah ini berhasil ditangkap, dan akhirnya diberi hukuman mati seperti apa yang diwasiatkan Khalifah Ali sebelum meninggal.
Ada banyak kisah yang menunjukkan keistimewaan pada diri khalifah Ali bin Abi Thalib ini. Diantaranya adalah :
1.      Kisah keberanian beliau melamar putri Fatimah Binti Muhammad putri Rasulullah SAW, padahal sebelumnya Abu Bakar dan Umar sahabat Nabi yang paling dekat ditolak oleh Nabi SAW.
2.      Kisah beliau saat berjual beli dengan malaikat.
3.      Kisah khusuknya shalat syaidina Ali, hingga dia tidak merasakan apa-apa saat anak panah dicabut dari tubuhnya.
4.      Lalu kisah syaidina Ali dengan seorang rakyatnya yang buta lagi beragama Kristen.

Demikianlah secara singkat saya coba rangkumkan kisah seorang Syaidina Ali, seorang sahabat yang sangat cerdik dan luas ilmunya, hingga Nabi SAW bersabda : “Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah gerbangnya.”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar