Nabi nuh
adalah keturunan ke sembilan dari Nabi Adam, beliau juga adalah Nabi keempat
setelah Nabi Adam, Nabi Syith, lalu Nabi Idris. Ayah beliau adalah Lamik bin
Metualih bin Idris.
Nabi Nuh
diutus pada kaum yang sangat ingkar dengan Tuhan mereka, yaitu Allah SWT.
Mereka menyembah patung yang diberi nama Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Sebenarnya nama-nama
itu adalah nama para orang alim yang hidup setelah wafatnya Nabi Idris as.
Setelah mereka meninggal para orang-orang membuat patung mereka untuk mengenang
jasa-jasa mereka. Tapi setelah berganti beberapa generasi terjadi pergeseran
akidah, kini mereka tak lagi hanya menghormati patung-patung itu, akan tetapi
mereka malah menyembah mereka, karena mereka percaya jika patung-patung itu
memiliki kekuatan magis yang bisa mendatangkan manfaat maupun mudharat bagi
mereka.
Nabi Nuh
adalah seorang tukang kayu yang sangat sederhana, disebutkan di dalam hadist “Nuh seorang tukang kayu, Idris seorang
penjahit dan Musa adalah penggembala”, kendati demikian beliau adalah
seorang hamba Allah yang selalu bersyukur. Disebutkan dalam Al-quran,
bahwasanya Allah berfirman tentang Nabi Nuh, "Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak
bersyukur." (QS. al-Isra': 3).
Dalam berdakwah kepada kaumnya
Nabi Nuh mengalami brebagai kendala dan halangan, bahkan selama 950 tahun Nabi
Nuh berdakwah Nabi Nuh hanya memperoleh pengikut sekitar 80 orang yang ikut di
dalam bahtera beliau ketika bumi di azab oleh Allah dengan air bah yang dahsyat
sehingga seluruh permukaan bumi tertutup dengan air dan binasalah orang-orang
kafir. Siang malam Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya, berikut sebagian dakwah
Nabi Nuh yang diabadikan oleh Allah SWT dalam Al-quran, "Wahai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya
(kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang
besar. " (QS. al-A'raf: 59). Dengan
perkataan lemah lembut dan naluri kenabiannya beliau mengajak kaumnya agar
terselamatkan dari azab Allah di hari yang besar yaitu hari kiamat. Akan tetapi
yang menjadi pengikut Nabi Nuh hanyalah orang-orang dari kalangan menengah ke
bawah. Sedangkan para pembesar dan orang-orang kaya mengingkarinya bahkan mereka
melancarkan serangan agar Nabi Nuh mengusir kaumnya yang terdiri dari kaum
buruh dan petani. Mereka berkata : ”wahai nuh! jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi
sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah
para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamba-hamba
sahaya itu. Urislah mereka dari pergaulanmu karena kami tidak dapat beraul
dengan mereka, duduk berdampingan dengan mengikuti cara hidup mereka dan
bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. dan bagaimana kami
dapat menerima satu agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam,
penguasa, dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan
dengan orang yang miskin” akan tetapi Nabi Nuh mengetahui ini hanyalah
siasat orang-orang kafir untuk memecah belah kaum muslimin, Nabi Nuh berkata
kepada mereka, “Risalah dan agama yang
aku bawah adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai maupun yang
bodoh, yang kaya maupun miskin, majikan maupun buruh, di antara penguasa
dan rakyat biasa semua mempunyai kedudukan dan tempat yang sama terhadap agama
dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi persyaratan kamu dan meluluskan
keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang
dapat ku harapkan akan meneruskan dkawahku kepada orang ramai dan bagaimana aku
sampai hati menjauhkan dari hidupku orang-orang yang telah beriman dan menerima
dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta
mengingkarinya, orang-orang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu
menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dapat
mempertanggung jawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila
mereka mengadu bahwa aku telas membalas kesetiaan dan ketaan mereka dengan
sebaliknya semata -mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada
persyaratanmu yang tidak wajaar dan tidak dapat diterima oleh pikiran yang
sehat. sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak
berfikiran sehat.”
Mereka
berkata bahwa Nabi Nuh adalah orang biasa dan bukan Nabi. Seperti yang
diterangkan oleh Allah dalam firman-Nya, "Maka berkatalah
pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: 'Kami tidak melihat kamu, melainkan
(sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan
orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami
tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin
bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta." (QS. Hud: 27). Kemudian Nabi Nuh berkata yang
diabadikan di dalam Al-quran, Allah SWT berfirman, “Berkata Nuh: "Hai kaumku, bagaimana
pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya
aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami
paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya? Dan (dia
berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai
upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan
mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu
dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui.
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab)
Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran? Dan aku
tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): "Aku mempunyai gudang-gudang rezki
dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib", dan tidak
(pula) aku mengatakan: "Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat", dan
tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh
penglihatanmu: "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada
mereka". Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka;
sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim."
(QS. Hud : 28-31)
Kaum Nabi Nuh
masih tetap saja tidak mau beriman dengan kenabian Nabi Nuh dan risalah yang
dibawanya dan masih tetap berbantah dengan Nabi Nuh, akan tetapi Nabi Nuh masih
tetap sabar dengan berkata lemah lembut kepada kaumnya dalam mengajak ke jalan
yang benar. “Pemuka-pemuka dari kaumnya
berkata: "Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang
nyata" Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun
tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam". "Aku sampaikan
kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu. dan aku
mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui"[550]. Dan apakah kamu (tidak
percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan
perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan
kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertakwa dan supaya kamu mendapat rahmat?” (QS Al-A’raf
: 60 – 63)
Bahkan kaum
Nabi Nuh semakin keterlaluan, mereka malah meminta segera didatangkan azab
kepada mereka, Mereka berkata "Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah
berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami,
maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu
termasuk orang-orang yang benar. Nuh menjawab: "Hanyalah Allah yang akan
mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak
dapat melepaskan diri. Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku
hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu,
Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan" (QS. Hud: 32-34)
Nabi Nuh
tetap menyeru kaumnya walaupun kaumnya menolak mentah-mentah ajakan Nabi Nuh
untuk mengajak kepada jalan kebenaran. Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku
malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).
Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau
mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan
menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan
diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada
iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka
(lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada
mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,
niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan
harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula
di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS. Nuh: 5-12).
Waktu terus berlalu, tapi yang
beriman kepada ajaran Nabi Nuh tak bertambah, 950 tahun Nabi Nuh berdakwah tapi
yang beriman kepada Nabi Nuh hanya 80 orang. Nuh berkata: "Ya
Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti
orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan
kerugian belaka, dan melakukan tipu-daya yang amat besar. Dan mereka berkata:
"Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan
jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula
suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr. Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan
(manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu
selain kesesatan. (QS. Nuh: 21-24)
Akan
tetapi kaum Nabi Nuh masih saja kafir dan tidak mau mengikuti seruan Nabinya.
Hanya sebagian orang saja yang mengikuti ajakan Nabi Nuh. Sehingga Allah
mewahyukan kepada Nabi Nuh tentang keadaan kaumnya, Allah SWT berfirman, “Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya
sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah
beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu
mereka kerjakan. Dan buatlah bahtera
itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan
dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan
ditenggelamkan.” (QS.
Hud: 36-37)
Atas
kekafiran dan pembangkangan kaumnya, Nabi Nuh berdoa dan bermunajat kepada
Allah SWT. Nuh berkata: "Ya
Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu
tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya
mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain
anak yang berbuat ma'siat lagi sangat kafir.” (QS. Nuh: 26-27)
Kemudian
dibuatlah bahtera berdasarkan apa yang diwahyukan oleh Allah SWT. Nabi Nuh
membuat bahtera pada saat musim panas dan dibuatnya juga di atas gunung. Hal
ini membuat orang-orang kafir mengejek apa yang dilakukan Nabi Nuh, akan tetapi
orang-orang yang beriman meyakini apa yang dilakukan Nabi Nuh merupakan sebuah
kebenaran yang harus diikuti. Dijelaskan dalam Al-quran bahwasanya Allah SWT
berfirman, “Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin
kaumnya berjalan meliwati Nuh, mereka mengejeknya. Dan mulailah Nuh
membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan meliwati Nuh, mereka
mengejeknya. Berkatalah Nuh: "Jika kamu mengejek kami,
maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek
(kami). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang
menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal.” (QS. Hud: 38- 39)
Setelah
bahtera Nabi Nuh jadi maka diangkutnya pengikut-pengikut Nabi Nuh beserta
berpasang-pasang binatang. Mengapa binatang, karena agar binatang-binatang yang
ada di bumi tidak punah setelah azab Allah yaitu seluruh bumi tertutupi oleh
air. Bencana yang sangat dahsyat yang ditujukan untuk orang-orang kafir yang
dapat memusnahkan apa saja yang ada di bumi tak terkecuali binatang-binatang
yang ada di bumi. Jadi Allah mewahyukan kepada Nabi Nuh agar membawa
berpasang-pasang binatang. “Hingga apabila perintah Kami datang
dan tannut telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam
bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan
keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan
(muatkan pula) orang-orang yang beriman." Dan tidak beriman bersama dengan
Nuh itu kecuali sedikit.” (QS. Hud: 40).
“Maka
Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami
jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk
suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas
(bahtera) yang terbuat dari papan dan paku.” (QS. al-Qamar: 11-13).
Hujan turun
dengan sangat deras, belum pernah ada hujan sederas itu. Dan airpun keluar dari
mata air-mata air. Nabi Nuh beserta orang-orang yang beriman kepada Nabi Nuh
telah naik ke dalam perahu beserta berpasang-pasang binatang. Di hari ini Allah
akan memusnahkan orang kafir seluruhnya, sehingga di bumi akan tinggal hanya
orang-orang yang beriman saja. Istri Nabi Nuh tidak ikut naik ke bahtera Nabi
Nuh dikarenakan istri Nabi Nuh tidak beriman kepada Nabi Nuh, juga anaknya yang
bernama kan’an tidak turut beserta Nabi Nuh. Kan’an telah menyembunyikan
kekafiran dari ayahnya, di depan Nabi Nuh ia mengatakan beriman, tapi di
belakang Nabi Nuh ia termasuk golongan orang-orang kafir. Mula-mula Nabi Nuh
memanggil-manggil anaknya yang mencoba mencari perlindungan ke atas gunung.
Akan tetapi kan’an tetap bersikeras tidak memperdulikan apa yang diserukan oleh
Nabi Nuh, sehingga dia termasuk yang ditenggelamkan. Dan
bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh
memanggil anaknya [719] sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil:
"Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada
bersama orang-orang yang kafir." Anaknya menjawab: "Aku akan mencari
perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata:
"Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja)
Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya;
maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.
Volume air yang sangat besar
membuat bumi seluruhnya tenggelam dalam air, dikarenakan dari dalam keluar air
dan dari langit turun hujan yang sangat deras. "Maka Kami bukakan
pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi
memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan
yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang
terbuat dari papan dan paku. (QS. al-Qamar: 11-13). Musnalah kaum yang selama ini membangkang dan durhaka kepada Allah dan
Rasul-Nya. Setelah orang-orang kafir musnah dan ditenggelamkan maka Allah
menghentikan urusan-Nya. Dan
difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan)
berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera
itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang
yang zalim."
(QS. Hud: 44).
Azab
telah dihentikan, akan tetapi Nabi Nuh masih bersedih hati sebab salah satu
puteranya tak turut ke dalam bahtera beliau. Dia lebih memilih untuk bersama
orang-orang kafir. Nabi Nuh merasa bersedih atas kehilangan anaknya, Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil
berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan
sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang
seadil-adilnya." (QS. Hud: 45). Akan tetapi Allah menghibur beliau dengan
menjelaskan jika dia bukanlah termasuk keluarganya, karena di belakang beliau
dia menyembunyikan kekafirannya. Allah
berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang
dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak
baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak
mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu
jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." (QS. Hud: 46). Kemudian
Nabi Nuh sadar jika anaknya itu termasuk golongan orang-orang kafir,
lalu memohon ampun kepada Allah dan meminta petunjuk kepada jalan kebenaran. Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada
mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan
(tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang
yang merugi." (QS.
Hud: 47). Kemudian Allah kembali berfirman
kepada Nabi Nuh untuk turun dari kapal karena banjir telah surut dan azab telah diberhentikan, Difirmankan: "Hai Nuh, turunlah dengan
selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat
(yang mu'min) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang
Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan
ditimpa azab yang pedih dari Kami." (QS. Hud: 48). Kemudian Nabi Nuh bersujud sebagai rasa
syukur terhadap Allah SWT.
Betapa
dahsyatnya azab Allah hingga untuk menunggu air kembali surut Nabi Nuh harus
menunggu sampai enam bulan lamanya. Akhirnya bahtera Nabi Nuh berlabuh di Bukit
Judi, yaitu sebuah bukit yang berbatasan dengan Mesopotamia di Irak. Pada
tanggal 10 Muharram Kapal Nabi Nuh berhenti berlayar dan penumpang diturunkan,
dan telah diselamatkan kaum yang beriman kepada Allah SWT. Di hari ini bumi
telah diregenerasi, ketiga putera Nabi Nuh yang beriman yaitu Sam, Ham,
Jafits beserta 80 pengikutnya yang beriman telah kembali beranak pinak
melahirkan keturunan-keturunan untuk mengisi bumi. sampai akhirnya Nabi Nuh meningal
di usia 1200 tahun.
Setelah
bencana banjir tersebut Al-quran tidak menjelaskan tentang bagaimana keadaan
kaum Nabi Nuh, jadi tidak ada yang mengetahui bagaimana keadaan selanjutnya. Itu adalah di antara berita-berita penting
tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu
mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah;
sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Hud: 49). Hanya
saja sebelum meninggal Nabi Nuh berpesan kepada anak-anaknya semuanya agar
hanya menyembah kepada Allah SWT.
Demikian
kisah tentang Nabi Nuh, semoga apa yang terjadi pada masa Nabi Nuh bisa menjadi
pelajaran bagi kita semua. Dan kita bisa terus bertawakal untuk tetap hanya
beribadah kepada Allah SWT. Seperti yang telah Allah Firmankan, sesungguhnya
kesudahan yang baik adalah
bagi orang-orang yang bertakwa. (QS.
Hud: 49). Akhir kata asslamualaikum wr.wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar