Sabtu, 20 Desember 2014

Kisah Nabi Nuh as




Nabi nuh adalah keturunan ke sembilan dari Nabi Adam, beliau juga adalah Nabi keempat setelah Nabi Adam, Nabi Syith, lalu Nabi Idris. Ayah beliau adalah Lamik bin Metualih bin Idris.
Nabi Nuh diutus pada kaum yang sangat ingkar dengan Tuhan mereka, yaitu Allah SWT. Mereka menyembah patung yang diberi nama Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Sebenarnya nama-nama itu adalah nama para orang alim yang hidup setelah wafatnya Nabi Idris as. Setelah mereka meninggal para orang-orang membuat patung mereka untuk mengenang jasa-jasa mereka. Tapi setelah berganti beberapa generasi terjadi pergeseran akidah, kini mereka tak lagi hanya menghormati patung-patung itu, akan tetapi mereka malah menyembah mereka, karena mereka percaya jika patung-patung itu memiliki kekuatan magis yang bisa mendatangkan manfaat maupun mudharat bagi mereka.
Nabi Nuh adalah seorang tukang kayu yang sangat sederhana, disebutkan di dalam hadist “Nuh seorang tukang kayu, Idris seorang penjahit dan Musa adalah penggembala”, kendati demikian beliau adalah seorang hamba Allah yang selalu bersyukur. Disebutkan dalam Al-quran, bahwasanya Allah berfirman tentang Nabi Nuh, "Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur." (QS. al-Isra': 3).
Dalam berdakwah kepada kaumnya Nabi Nuh mengalami brebagai kendala dan halangan, bahkan selama 950 tahun Nabi Nuh berdakwah Nabi Nuh hanya memperoleh pengikut sekitar 80 orang yang ikut di dalam bahtera beliau ketika bumi di azab oleh Allah dengan air bah yang dahsyat sehingga seluruh permukaan bumi tertutup dengan air dan binasalah orang-orang kafir. Siang malam Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya, berikut sebagian dakwah Nabi Nuh yang diabadikan oleh Allah SWT dalam Al-quran, "Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar. " (QS. al-A'raf: 59). Dengan perkataan lemah lembut dan naluri kenabiannya beliau mengajak kaumnya agar terselamatkan dari azab Allah di hari yang besar yaitu hari kiamat. Akan tetapi yang menjadi pengikut Nabi Nuh hanyalah orang-orang dari kalangan menengah ke bawah. Sedangkan para pembesar dan orang-orang kaya mengingkarinya bahkan mereka melancarkan serangan agar Nabi Nuh mengusir kaumnya yang terdiri dari kaum buruh dan petani. Mereka berkata : ”wahai nuh! jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamba-hamba sahaya itu. Urislah mereka dari pergaulanmu karena kami tidak dapat beraul dengan mereka, duduk berdampingan dengan mengikuti cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. dan bagaimana kami dapat menerima satu agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa, dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin” akan tetapi Nabi Nuh mengetahui ini hanyalah siasat orang-orang kafir untuk memecah belah kaum muslimin, Nabi Nuh berkata kepada mereka, “Risalah dan agama yang aku bawah adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai maupun yang bodoh, yang kaya maupun miskin, majikan maupun buruh, di antara penguasa  dan rakyat biasa semua mempunyai kedudukan dan tempat yang sama terhadap agama dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi persyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat ku harapkan akan meneruskan dkawahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan dari hidupku orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dapat mempertanggung jawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahwa aku telas membalas kesetiaan dan ketaan mereka dengan sebaliknya semata -mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada persyaratanmu yang tidak wajaar dan tidak dapat diterima oleh pikiran yang sehat. sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang  bodoh dan tidak berfikiran sehat.
Mereka berkata bahwa Nabi Nuh adalah orang biasa dan bukan Nabi. Seperti yang diterangkan oleh Allah dalam firman-Nya, "Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: 'Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta." (QS. Hud: 27). Kemudian Nabi Nuh berkata yang diabadikan di dalam Al-quran, Allah SWT berfirman, Berkata Nuh: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya? Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui. Dan (dia berkata): "Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran? Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): "Aku mempunyai gudang-gudang rezki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib", dan tidak (pula) aku mengatakan: "Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka". Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim." (QS. Hud : 28-31)
Kaum Nabi Nuh masih tetap saja tidak mau beriman dengan kenabian Nabi Nuh dan risalah yang dibawanya dan masih tetap berbantah dengan Nabi Nuh, akan tetapi Nabi Nuh masih tetap sabar dengan berkata lemah lembut kepada kaumnya dalam mengajak ke jalan yang benar. “Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata" Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam". "Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu. dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui"[550]. Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertakwa dan supaya kamu mendapat rahmat?” (QS Al-A’raf : 60 – 63)
Bahkan kaum Nabi Nuh semakin keterlaluan, mereka malah meminta segera didatangkan azab kepada mereka, Mereka berkata "Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar. Nuh menjawab: "Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan" (QS. Hud: 32-34)
Nabi Nuh tetap menyeru kaumnya walaupun kaumnya menolak mentah-mentah ajakan Nabi Nuh untuk mengajak kepada jalan kebenaran. Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS. Nuh: 5-12).
Waktu terus berlalu, tapi yang beriman kepada ajaran Nabi Nuh tak bertambah, 950 tahun Nabi Nuh berdakwah tapi yang beriman kepada Nabi Nuh hanya 80 orang. Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, dan melakukan tipu-daya yang amat besar. Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr. Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. (QS. Nuh: 21-24)
Akan tetapi kaum Nabi Nuh masih saja kafir dan tidak mau mengikuti seruan Nabinya. Hanya sebagian orang saja yang mengikuti ajakan Nabi Nuh. Sehingga Allah mewahyukan kepada Nabi Nuh tentang keadaan kaumnya, Allah SWT berfirman, Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan. Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” (QS. Hud: 36-37)
Atas kekafiran dan pembangkangan kaumnya, Nabi Nuh berdoa dan bermunajat kepada Allah SWT. Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma'siat lagi sangat kafir.” (QS. Nuh: 26-27)
Kemudian dibuatlah bahtera berdasarkan apa yang diwahyukan oleh Allah SWT. Nabi Nuh membuat bahtera pada saat musim panas dan dibuatnya juga di atas gunung. Hal ini membuat orang-orang kafir mengejek apa yang dilakukan Nabi Nuh, akan tetapi orang-orang yang beriman meyakini apa yang dilakukan Nabi Nuh merupakan sebuah kebenaran yang harus diikuti. Dijelaskan dalam Al-quran bahwasanya Allah SWT berfirman, “Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan meliwati Nuh, mereka mengejeknya. Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan meliwati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: "Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal.” (QS. Hud: 38- 39)
Setelah bahtera Nabi Nuh jadi maka diangkutnya pengikut-pengikut Nabi Nuh beserta berpasang-pasang binatang. Mengapa binatang, karena agar binatang-binatang yang ada di bumi tidak punah setelah azab Allah yaitu seluruh bumi tertutupi oleh air. Bencana yang sangat dahsyat yang ditujukan untuk orang-orang kafir yang dapat memusnahkan apa saja yang ada di bumi tak terkecuali binatang-binatang yang ada di bumi. Jadi Allah mewahyukan kepada Nabi Nuh agar membawa berpasang-pasang binatang. “Hingga apabila perintah Kami datang dan tannut telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.” (QS. Hud: 40).
“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku.” (QS. al-Qamar: 11-13).
Hujan turun dengan sangat deras, belum pernah ada hujan sederas itu. Dan airpun keluar dari mata air-mata air. Nabi Nuh beserta orang-orang yang beriman kepada Nabi Nuh telah naik ke dalam perahu beserta berpasang-pasang binatang. Di hari ini Allah akan memusnahkan orang kafir seluruhnya, sehingga di bumi akan tinggal hanya orang-orang yang beriman saja. Istri Nabi Nuh tidak ikut naik ke bahtera Nabi Nuh dikarenakan istri Nabi Nuh tidak beriman kepada Nabi Nuh, juga anaknya yang bernama kan’an tidak turut beserta Nabi Nuh. Kan’an telah menyembunyikan kekafiran dari ayahnya, di depan Nabi Nuh ia mengatakan beriman, tapi di belakang Nabi Nuh ia termasuk golongan orang-orang kafir. Mula-mula Nabi Nuh memanggil-manggil anaknya yang mencoba mencari perlindungan ke atas gunung. Akan tetapi kan’an tetap bersikeras tidak memperdulikan apa yang diserukan oleh Nabi Nuh, sehingga dia termasuk yang ditenggelamkan. Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya [719] sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir." Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.
Volume air yang sangat besar membuat bumi seluruhnya tenggelam dalam air, dikarenakan dari dalam keluar air dan dari langit turun hujan yang sangat deras. "Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku. (QS. al-Qamar: 11-13). Musnalah kaum yang selama ini membangkang dan durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya. Setelah orang-orang kafir musnah dan ditenggelamkan maka Allah menghentikan urusan-Nya. Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim." (QS. Hud: 44).
Azab telah dihentikan, akan tetapi Nabi Nuh masih bersedih hati sebab salah satu puteranya tak turut ke dalam bahtera beliau. Dia lebih memilih untuk bersama orang-orang kafir. Nabi Nuh merasa bersedih atas kehilangan anaknya, Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya." (QS. Hud: 45). Akan tetapi Allah menghibur beliau dengan menjelaskan jika dia bukanlah termasuk keluarganya, karena di belakang beliau dia menyembunyikan kekafirannya. Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." (QS. Hud: 46). Kemudian Nabi Nuh sadar jika anaknya itu termasuk golongan orang-orang kafir, lalu memohon ampun kepada Allah dan meminta petunjuk kepada jalan kebenaran. Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Hud: 47). Kemudian Allah kembali berfirman kepada Nabi Nuh untuk turun dari kapal karena banjir telah surut dan azab  telah diberhentikan, Difirmankan: "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mu'min) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami." (QS. Hud: 48). Kemudian Nabi Nuh bersujud sebagai rasa syukur terhadap Allah SWT. 
Betapa dahsyatnya azab Allah hingga untuk menunggu air kembali surut Nabi Nuh harus menunggu sampai enam bulan lamanya. Akhirnya bahtera Nabi Nuh berlabuh di Bukit Judi, yaitu sebuah bukit yang berbatasan dengan Mesopotamia di Irak. Pada tanggal 10 Muharram Kapal Nabi Nuh berhenti berlayar dan penumpang diturunkan, dan telah diselamatkan kaum yang beriman kepada Allah SWT. Di hari ini bumi telah diregenerasi, ketiga putera Nabi Nuh yang beriman yaitu Sam, Ham, Jafits beserta 80 pengikutnya yang beriman telah kembali beranak pinak melahirkan keturunan-keturunan untuk mengisi bumi. sampai akhirnya Nabi Nuh meningal di usia 1200 tahun.
Setelah bencana banjir tersebut Al-quran tidak menjelaskan tentang bagaimana keadaan kaum Nabi Nuh, jadi tidak ada yang mengetahui bagaimana keadaan selanjutnya. Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Hud: 49). Hanya saja sebelum meninggal Nabi Nuh berpesan kepada anak-anaknya semuanya agar hanya menyembah kepada Allah SWT.
Demikian kisah tentang Nabi Nuh, semoga apa yang terjadi pada masa Nabi Nuh bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Dan kita bisa terus bertawakal untuk tetap hanya beribadah kepada Allah SWT. Seperti yang telah Allah Firmankan, sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Hud: 49). Akhir kata asslamualaikum wr.wb.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar